Menyusun Kata Untuk Rasa Yang Ada
Sebelum azan mahrib terdengar berkumandang, Faiz sudah berada dirumah, dirumah yang begitu sederhana, rumah yang pernah menjadi tempat kelahirannya. Seperti biasanya, setelah masuk waktu shalat magrib, Faiz segera melaksanakan kewajiban itu, berdzikir, berdoa dengan penuh harap.
Malam itu Faiz masih memikirkan kata-kata apa yang pantas untuk disampaikan saat mengungkapkan semua isi hatinya. Duduk di kursi ruang tamu, menyandarkan pungungnya, menikmati suara hujan, suara air yang jatuh di atas seng, deras, begitu berisik. Angin bertiup mengoyangkan jendela dibelakang kepalanya, masuk melewati celah-celah kusen yang mulai rapuh, mengusap rambut Faiz, merinding, dingin menyentuh kulit. Faiz menoleh kebelakang tapi ia tidak bergeming, masih tetap duduk ditempat semula sambil menikmati gejolak rasa yang ada di dalam dada. Ia masih tetap ingin menyusun kata yang tepat untuk menyampaikan “jatuh cinta-nya”.