Terpisah
Kini mereka berdua sudah jarang sekali bertemu dan nyaris tidak pernah lagi. Canda tawa yang biasa sudah tidak ada, bahkan mereka sudah sulit untuk sekedar tegur sapa lewat pesan singkat.
Ditempat yang berbeda, perpisahan Nabila dengan Faiz telah mengakibatkan Nabila terpisah dengan orang-orang dekatnya, ia jarang sekali bertemu dengan teman-temannya. Tidak seperti biasanya, ia lebih banyak menyendiri, tidak banyak bicara, berdiam diri di kamarnya dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Saat malam mulai gelap, Nabila bersimpuh di hadapan Tuhan, memohon dengan kerendahan hati agar cintanya tetap abadi. Hari-hari keterpisahannya dengan Faiz air mata adalah teman satu-satunya yang paling mengerti isi hatinya. “Seandainya ayahku tidak begitu keras tentu perasaanku tidak terasa begitu menyiksa”. Batin Nabila, ingin membrontak.
Sementara itu lamunan Faiz menembus cakrawala, mencari-cari kekasih disela-sela awan yang mengantung dilangit kota kecil nan sejuk itu. Dalam hati kecilnya bertanya; ‘Akan-kah Nabila masih berfikir tentangku? atau seluruh rasa itu telah ia campakkan di lembah kesunyiaan atau barang kali sudah terkikis? Atau kesetiaan itu masih ia genggam erat bersama harapan, sebagaimana kabut mendekap bukit kecil dengan lembut dan penuh harap?’.