Diketahui Orang Tua
Seiring berjalannya waktu, perubahan sikap yang selama ini terjadi pada Faiz diketahui oleh kedua orang tuanya. Dan betapa terkejutnya orang tuanya saat mengetahui bahwa penyebab semua kemurungannya adalah Nabila, yang tidak lain adalah anak pengusaha sukses di daerahnya, yang telah mencuri segala kewarasannya.
Orang tuanya mencoba mencari tahu kebenarannya melalui teman dan sahabat agar mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Faiz. Satu demi satu ia tanyai, namun ayahnya mendapatkan jawaban yang sama. Jantung seolah berhentik berdetak, darah berhenti mengalir. Bingung, sedih telah bercampur menjadi kekhawatiran. Namun yang lebih menyakitkan bagi orang tuanya adalah, karena Faiz telah mencintai seorang perempuan yang tidak sebanding; kaya dan miskin, bak langit dan bumi, jauh berbeda.
Pukul empat sore, saat mega menyelubungi senja dan mentari pulang keperaduan, pelan menghujam ujung barat. Faiz berlahan meninggalkan bangku penuh kenangan itu dengan membawa segumpal perih. Sedangkan rindu tetap berpadu bersama langkah kakinya. Ia pulang dengan pelan, melamun, membayangkan kebersamaan dengan Nabila, senyum Nabila. Ia menerjang hujan, tanpa jas hujan. Saat hujan turun semakin deras, ia tidak menghentikan motornya, ia terus berjalan, seolah tidak menyadari bahwa ia sedang diguyur hujan yang begitu hebat.
Sesampainya di rumah, ayah dan ibu ternyata telah menunggu kepulangannya, Faiz masuk berlahan sembari menundukkan kepala, bajunya basah kuyup. Mereka berdua saling pandang dan saat Faiz berjalan tepat didepan mereka berdua, ayahnya memanggil Faiz pelan.
“Faiz” suara lelaki tua itu memangil.
Langkah Faiz terhenti dan tetap menundukkan kepala sambil mengusap air hujan yang membasahi wajah, Faiz tetap diam. Sementara ibunya menatap sosok anaknya dengan penuh kasih.
“Darimana kamu basah kuyup? Setelah ganti baju duduklah, ayah mau bicara” sambungnya.
Setelah masuk ke dalam kamar dan menganti pakaian Faiz berjalan mendekati ayahnya lalu duduk tepat didepannya. Ayahnya menatap dalam-dalam, menarik nafas berlahan, mengeluarkannya pelan;
“Apa yang telah membuatmu berubah sedemikian rupa? Kamu setiap hari terlihat pergi pagi dan pulang sore dengan wajah terlihat lesu. Ayah tidak pernah melihatmu seperti ini sebelumnya. Kamu kenapa Faiz?”. Tanya ayahnya serius.