Sang Martir Cinta

Deni Sutan Bahtiar
Chapter #21

#21 Menunggu Hari

Menunggu Hari

Laki-laki yang membawakan surat untuk Faiz sudah kembali di hadapan Nabila, dan saat berada di hadapannya ia menyampaikan keberhasilannya menemui Faiz dan sudah menyampaikan surat itu. Nabila menjadi tenang atas keberhasilan laki-laki itu menemui Faiz, tapi ada satu hal yang masih membuatnya penuh dengan kebimbangan; ia belum menyampaikan keinginannya itu pada kedua orang tuanya karena hatinya masih dipenuhi dengan kekhawatiran. Khawatir jika keinginannya itu mendapat penentangan dari kedua orang tuanya. Ia sedang mencari-cari kesempatan untuk menyampaikan keinginannya itu, dan saat matahari mulai lengser ke barat ia makin gelisah di tempat duduknya, pikirannya tidak dapat tenang, berkali-kali ia mencoba menenangkan tapi belum juga berhasil. Ia khawatir permintaaanya itu akan mendapat cemoohan dari kedua orang tuanya dan mendapat hinaan. Ia benar-benar merasa takut untuk menyampaikan hal itu.

Makan malam telah tiba, setelah sekian lama Nabila tidak pernah mau makan bersama kali ini ia sengaja ingin makan bersama dengan kedua orang tuanya sekaligus ingin menyampaikan keinginannya. Saat kedua orang tuanya sudah duduk berdampingan di meja makan, Nabila keluar dari kamarnya berjalan berlahan menuju meja makan, menarik kursi lalu duduk tepat didepan kedua orang tuanya. Sontak kedua orang tuanya terkejut melihat putrinya sudah kembali seperti biasa, mereka menggangap bahwa Nabila sudah dapat melupakan Faiz dan menjalani kehidupan seperti sedia kala dengan wajah ceria dan penuh senyum. Mereka berdua tersenyum memandangi Nabila yang sedang duduk di hadapannya;

“eh Nabila, ayoo kita makan sama-sama”. Ucap ayahnya sambil berdiri meraih piring dan memberikannya pada Nabila. Tapi Nabila masih tetap diam sambil menerima piring yang diberikan ayahnya.

“Kita sudah lama tidak makan bersama”. Sambung ayahnya.

“Iya Nabila, kita sudah lama tidak makan bersama”. Ibunya menimpali.

Nabila hanya menganguk pelan sambil meraih tempat nasi yang ada didepannya. Sebelum tangannya meraih ibunya berdiri dan meraih tempat nasi itu.

Lihat selengkapnya