Mendekap Mimpi
Sementara Faiz telah meninggalkan kursi penuh kenangan bersama kekasihnya itu. Ia kembali kerumahnya dengan membawa seluruh kepedihan dan duka laranya. Ia memasuki rumah dengan raut muka tidak seperti biasanya; wajahnya ia lipat, senyumnya ia simpan. Ia terlihat menyimpan kesedihan dan kepedihan yang mendalam. Sementara ayah dan ibunya memandanginya dari meja makan dan seketika itu pula suapan nasinya terhenti.
“Faiz, kemarilah nak. Kita makan sama-sama”. Ajak ayahnya dengan penuh rasa sayang.
Faiz berjalan berlahan menghampiri ibu dan ayahnya yang sedang menikmati makan malam. Ibunya segera berdiri meraih piring kosong dan mengambilkan nasi untuk anak laki-laki semata wayangnya. Sambil berucap;
“Sudah lah Faiz, lupakan saja kejadian sore tadi. Jadikanlah setiap kejadian yang tidak kamu sangka sebagai pengalaman baru bagimu. Dan belajarlah menerima kenyataan dan jangan sekali-kali lari dari kenyataan”. Ibunya coba menenangkan hatinya.