Hati Yang Tidak Mencintai
Di kamar yang lain, Faiz masih merintih menahan perih, tubuhnya lemah, hatinya hancur mendengar Nabila telah menikah dengan laki-laki yang tidak ia cintai. Ia terus berbaring dalam kamar tidurnya berkawan malam yang sunyi. Faiz terus merintih, ia terlihat seperti kakek tua yang akan kehilangan nyawanya. Kesedihan telah melemahkan tubuhnya, hampir tidak ada semangat yang tersisa dari tubuh yang lemah itu. Satu-satunya yang membuat penyemangat bagi tubuhnya yang lemah adalah nama Nabila, tiap kali matanya tertutup, wajah Nabila-lah yang selalu ia lihat.
Sementara itu, ibunya sering meratap melihat kesedihan anak laki-lakinya. Ia merasa prihatin melihat kenyataan itu, namun ia tidak sanggup berbuat apa-apa. Ia menghampiri anak laki-laki kesayangnnya, dan memangilnya dengan kelembutan, Faiz mengenali suara itu dan membuka matanya lalu duduk. Faiz merebahkan tubuhnya dalam pelukan ibunya dan air matapun menetes. Ibunya mencium kening Faiz dengan ciuman penuh rasa kasih sayang. Dan berlahan perempuan yang telah melahirkannya itu berucap;
“Apa gunanya penderitaanmu selama ini Faiz? Apakah ada kebaikan yang kamu dapatkan Faiz? Apakah kamu ingin menghancurkan dirimu sendiri? Tuhan sama sekali tidak menyukai orang yang selalu menyia-nyiakan diri. Kamu harus sanggup menguasai kesedihanmu, karena jika kamu tidak sanggup menguasai kesedihan maka kesedihan itu yang akan menguasaimu. Hidup itu menghembuskan hawa panas juga dingin, maka kamu harus sanggup menyesuaikan diri”.
“Aku belum bisa menerima kenyataan ini bu, sementara aku masih begitu mencintai Nabila”. Jawab Faiz.
Faiz sama sekali tidak bisa menyembunyikan rasa cinta yang kini telah berubah menjadi kesedihan yang berkepanjangan. Ia menunjukkan rasa cintanya itu dengan ketidak sanggupannya melupakan Nabila.