Sang Martir Cinta

Deni Sutan Bahtiar
Chapter #39

#39 Tidak Cukup Kuat Untuk melupakan

Tidak Cukup Kuat Untuk melupakan

Satu bulan telah berlalu, waktu yang lama bagi Faiz untuk merasakan jauh dan kehilangan orang yang ia cintai. Faiz masih terus berupaya mengubur semua kenangan bersama Nabila, namun berkali-kali pula ia hanya terjebak dalam sebuah perasaan yang membuatnya semakin tidak sanggup untuk melupakan semuanya. Bayangan Nabila masih saja terus menghantui. Pagi, Saat Faiz sedang menikmati pemandangan di atas rumah Dimas, di lantai atas sembari angannya menerawang jauh. Tiba-tiba Dimas dari belakang menyentuh bahunya.

“Apa yang sedang kamu fikirkan Faiz? Apa kamu masih memikirkan Nabila?”. Tanya Dimas dengan nada pelan.

“Entah-lah Dim, aku datang kesini berupaya melupakan dan mengubur semuanya, namun hingga hari ini, aku masih belum sanggup melakukannya. Aku merasa masih sangat mencintainya, masih sangat ingin bisa hidup bersamanya”. Jawab Faiz yang masih mengedarkan pandangannya.

“Aku tahu perasaanmu Faiz. Tapi apa yang harus kita lakukan? Sementara ia sudah menjadi milik orang lain?”.

“Aku sendiri-pun tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Tapi aku berharap Nabila masih menyimpan cinta di hatinya, seperti cinta yang terpendam di hatiku”.

“Aku rasa kamu memang membutuhkan ketenangan Faiz. Tinggal-lah dirumahku ini selama yang kamu mau. Dan semoga takdir Tuhan akan berpihak padamu”.

Sambil membalikan badan Faiz menjawab;

“Terimakasih Dimas, kebaikanmu tidak akan aku lupakan”.

Dimas kembali meninggalkan Faiz, menuruni tangga, melayani pembeli di toko bukunya.

Dalam diam, Faiz kembali menahan sedih dan duka lara yang menghujam jantung hatinya. Di bulan pertama ia berada di rumah sahabatnya itu, ia masih belum sanggup melupakan semua kenangan bersama Nabila dan terkadang perasaan itu membuatnya tidak betah tinggal dirumah sahabatnya itu. Terkadang Faiz menghilang, pergi dari rumah sahabatnya itu hingga senja tiba, ia menghibur diri dan terduduk sendiri di alun-alun kota. Namun saat malam mulai datang, ia kembali pulang kerumah sahabatnya itu dengan hati yang masih penuh dengan luka kecewa. Ia bertekat harus tetap menjalani kehidupan meski tanpa Nabila disisinya.

Lihat selengkapnya