Sang Mentari

Dewi Sekar Uni
Chapter #1

Sosok Ibu

"Kehidupan adalah perjalanan yang penuh perjuangan dengan hasil akhir sebuah kebahagiaan."

Seseorang yang berjuang dalam kisah ini adalah sosok yang paling aku sayang selama hidupku. Ya, sosok itu adalah Ibuku.

Ibu merupakan sosok teman sejati. Beliau bagaikan mentari penghangat yang memberiku segala kasih dan sayangnya sepenuhnya untukku. Ia rela mengorbankan segala peluh dan keringatnya demi mencukupi segala kebutuhanku. Dari aku masih kecil hingga dewasa sampai saat ini. Aku tidak akan lupa pada setiap perjuangan dan pengorbanan ibuku.

Meski ibuku bukan berasal dari kaum berada dan bukanlah seseorang yang punya banyak gelar, tapi aku tetap menyayangi ibuku. Aku ingin menjadi seperti ibu, yang memiliki hati selembut sutra. Tulus nya sepanjang masa tidak bisa tergantikan oleh apapun yang ada di dunia ini. Beliau adalah sosok yang penyabar, penyayang dan penuh semangat. Ia sabar membimbingku, mengajariku berbagai hal yang belum aku tau sebelumnya. Ia sabar membesarkan dan mendidikku hingga sedewasa ini. Ia yang selalu menjadi penyemangatku dikala semua orang membuat aku down. Ia menyemangatiku dikala aku sedang bersedih. Ia yang selalu ada ketika aku memerlukan sandaran, pelukan hangat, dan tempat untuk bercerita.

Ia yang selalu bisa menenangkanku dikala aku butuh penenang. Ketika aku sedih, ia selalu menghiburku dan memasakkanku makanan kesukaanku. Apalagi masakan ibuku enak sekali, makanan yang dibuat olehnya serasa makanan yang disajikan di hotel bintang lima. Meskipun nampak sederhana, namun aku begitu menyukainya.

Ketika aku bersedih dan menangis seharian didalam kamar, ibu selalu menjadi peneduh. Ia yang selalu ada disampingku mendengarkan setiap keluh kesahku. Duduk disampingku dengan menyuapi makanan yang ia buat dengan penuh cinta sambil memberikanku beberapa nasehat mutiaranya. Aku tidak tega jika harus melihatnya menderita. Aku ingin melihatnya bahagia. Aku berjanji akan selalu membuatnya tersenyum dan bahagia bagaimanapun caranya.

Aku tidak ingin melihatnya menderita, menangis, dan bersedih karena aku. Sudah cukup bagiku melihatnya menderita dulu. Saat berjuang mengandung dan melahirkan aku. Mendidik, membimbing, dan membesarkanku dengan penuh rasa sabar. Aku bangga dengan dia.

Lihat selengkapnya