Aku sudah berada di kelas lebih awal ketimbang Margaret yang harus memakirkan motornya terlebih dahulu. Aku sudah tidak sabar ingin memberitahunya bahwa ternyata Devi mengenal Mahalini, aku juga sedang menunggu Regina untuk menanyakan soal Sandi Morse yang sangat kecil itu. Tak lama aku menunggu kehadirannya, tiba-tiba Andri menghampiri kursi Riska. Ia mulai bertingkah aneh di dalam kelas, aku tidak mengerti apa yang akan ia lakukan di sekolah ini. Tingka lakunya benar-benar sangat memalukan, ia mulai menaiki kursi milik Riska lalu berdiri di atas meja kemudian bertepuk tangan seolah-olah sedang mengadakan sayembara di pagi hari.
"Pengumuman-pengumuman yang terhormat untuk teman-teman sekalian, gua mau ngasih tau ke lu semua yang mau punya pacar online bisa banget donlod Tinder karena semalem gua baru aja dapet cewe yang ternyata sekolah di sini dan saat gua ajak buat ketemuan ternyata dia gak mau, sialan-sialan. Oh ya, gua tau informasi ini dari Sasha karena waktu di pesta ulang tahun sepupu gua, Ferdian. Dia ngsih tau gua kalau Venita dapet cowo lewat aplikasi ini." Ucap Andri sambil berdiri di atas meja lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Iya tapi dia bego malah hamil di luar nikah." Ucap Margaret kemudian meletakan tasnya di atas meja.
"Gak usah sok kegantengan deh lu, turun! Bikin malu gua aja tau gak." Teriakku dari kursi melempar kepalanya dengan pulpen bermerek Standard.
"Bisa diem gak lu, lagian ya gua ini punya banyak duit santai aja pacaran sama gua mah. Coba apa yang kurang dari gua? Duit ada, motor punya, apa coba yang kurang, gak ada kan." Balas Andri dengan sombongnya.
"Karena lu nya jelek, nyet. Makanya dia gak mau sama lu, kalo lu mau orasi ya di lapangan bukan di sini." Tegas Devi secara spontan sambil berjalan dari ujung pintu masuk kemudian duduk di pojok kursi bagian belakang.
Semua murid di kelas terkejut seketika melihat penampilan Devi yang baru. Ia benar-benar mengubah penampilannya sejak ia tidak masuk sekolah selama kurang lebih dua bulan termasuk liburan akhir sekolah. Aku hanya bisa menghela napas dan berkata dalam hatiku "Dev, what the fuck." Suasana di kelas menjadi hening, hanya ada ketibutan dari mulut Andri yang terus menggoda Devi, dengan kata-kata yang menghina.
"Lu bisa diem gak? Mau duduk atau gua tonjok muka lu." Bentak Devi dengan gaya seperti seorang pria.
"Woy cewe stress, berani-beraninya lu mau nonjok adek gua, sini lu." Sahut Erlin kemudian menghampiri Devi.
Aku tidak menyangka peristiwa aneh ada di depan mataku, siapa sangka seorang murid yang awalnya berbadan gemuk, rambut bergelombang, dan tidak suka berkelahi kini berubah menjadi kurus, liar, memangkas rambutnya samapai botak, dan menindik hidungnya. Mereka semua masih berkelahi sehingga aku harus mengambil langkah untuk memberhentikan mereka semua, aku mengepal tangan kananku kemudian memukul meja dengan keras. Aku melihat Devi meninju Erlin dengan satu kali pukulan sehingga membuat hidungnya patah dan berdarah.
"Enough! Jangan bikin keributan di kelas ini ya, gua udah cukup sa...." Ucapku kemudian dipotong oleh Devi.
"Cukup apa? Mending lu gak usah ikut campur deh. Lu duduk sana, gua gak perlu bantuan lu, lagian lu juga sama aja kan pada kek TAI." Ucap Devi dengan wajah sinisnya.
Aku hanya terdiam betapa malunya saat Devi membuat keputusan yang tidak terduga, semua murid menertawakanku dan menyorakiku seolah aku ini pahlawan kesiangan.