Sejak kejadian hari Selasa kemarin, saat Devi masuk ke sekolah dan membocorkan rahasia Pak Heri, ia langsung diberi kesempatan oleh Pak Heri dipindahkan ke kelas sebelas IPS 3. Di samping itu semua murid laki-laki langsung waspada setelah rumor yang beredar bahwa Pak Heri seorang homoseksual karena bukan hanya di cap sebagai penyuka sesama jenis tapi ternyata dia juga seorang penjahat kelamin di sekolah. Ia telah melecehkan sembilan murid laki-laki, selama ini Devi sudah curiga terhadapnya sejak kelas sepuluh namun ia tidak pernah memberitahu siapapun. Hal ini dia lakukan karena ia sangat membenci pedofilia, sebagai buah yang manis bagi Pak Heri. Ia juga menyimpan rahasia ini sebagai bentuk ancaman hingga sewaktu-waktu ia membutuhkannya. Ia memberikan bukti-bukti foto di mading setelah ia dipindahkan ke kelas lain. Begitu manipulatifnya Devi untuk mengelabui Pak Heri, aku suka dengan caranya yang jahat demi kebaikan.
Betapa mengejutkannya hal ini yang telah disebarkan di laman feed Instagram milik @bibir_smani yang viral sejak Devi menyebarkan berita tersebut. Masih menjadi penyataan dibalik pemilik akun Instagram itu karena dari situ nama sekolahku menjadi jelek dan memalukan. Pak Heri langsung disergap di bawa ke kantor polisi kemudian di sidang pada hari Senin ini. Semua murid dan guru beserta staff sekolah menyaksikan atas kebiadaban yang dilakukan Pak Heri selama ini, ia menjelaskan skenario yang ia lakukan. Ia tidak akan mengizinkan murid untuk melakukan semacam pentas seni, memberi nilai tambahan, dan mengancam akan membunuh murid yang melapor kejadian atas kejahatannya itu. Di sekolah, selain menjadi guru sejarah. Pak Heri merupakan seorang ketua di bagian kesiswaan dan juga wakil kepala sekolah. Ia dipercaya sebagai kaki tangan Pak Bonar karena ia sangat mampu untuk mengelola masalah perizinan, aturan baru dan fasilitas di sekolah. Ia memiliki kontrol paling besar di antara guru yang lain. Namun, selama sepuluh tahun ia menjadi guru, baru kali ini tertangkap basah atas tindaknnya yang keji itu. Dengan begitu tanpa aba-aba hakim memberi vonis kepada tersangka dengan hukuman selama 20 tahun penjara tanpa bersyarat. Semua murid meneriakinya ketika ia dibawa dengan tangan diborgol. Semua orang merasa kecewa dengan keputusan hakim yang tidak memberinya hukuman mati.
"Apa 20 tahun, anak saya di perkosa. Dia seorang laki-laki dan sekarang dia trauma berat, ia selalu membenturkan kepalanya di tembok. Apa anda memiliki seorang anak? Bagaimana jika anak anda diperkosa?" Ucap seorang ibu kemudian menangis histeris.
"Anjing lu, dasar cabul." Teriak salah satu murid.
"Heri bangsat, lu perkosa anak gue yang masih di bawah umur, sini lu anjing." Ucap seorang ayah korban kemudian mendatanginya lalu meninju wajahnya hingga berdarah.
"Semoga lu mati di dalam penjara." Ucap Bu Dwi yang merupakan guru di seolahku karena dengan teganya Pak Heri sebagai sorang sahabatnya itu memperkosa anak Bu Dwi yang saat ini sudah meninggal akibat bunuh diri.
Setelah pulang dari ruang pengadilan hari ini, aku dan Margaret mulai berdiskusi mengenai Devi. Kami berdua tahu bahwa Devi telah dipindahkan ke kelas sebelas IPS 3. Aku kembali berdiskusi bersama Margaret apa alasan Devi merubah penampilannya, aku duduk dipinggir kolam renang bersama Margaret kemudian menenggelamkan kakiku ke air sembari menutup mata. Cahaya senja menyinari tubuh kami berdua. Aku meminta bantuan kepada Margare untuk memberikan sebuah petunjuk-petunjuk agar aku bisa mengingat kejadian di pesta ulang tahunku.
"Coba lu inget liburan semester kemarin." Pinta Margaret.
"Gak Mar, gak ada apa-apa kok. Masih ingat kok gua." Ucapku sembari menggerakan kakiku sehingga membuat airnya beriak.
Aku terus berpikir dan mengingat kembali saat aku memejamkan mata, aku ingat kejadian saat ulang tahunku. Setelah omaku sadar dari pingsannya, aku membaringkan ia untuk bersandar pada bantal yang sudah kutumpuk. Aku memberikan segelas air putih hangat yang sudah diambil oleh Bi Ida. Aku membuka ponselku yang kuambil dari saku celanaku, saat kubuka ada sembilan pesan dari Devi namun ia sudah menariknya sehingga aku tidak bisa baca. Selain itu ia juga mengirim pesan ke dalam grup namun sudah ia tarik kembali. Ia juga menelponku selama empat puluh kali. Aku tidak sempat membacanya karena saat itu suasana sedang panik, omaku pingsan sehingga aku tidak membuka ponselku begitu dengan yang lainnya. Aku mencoba menelpon balik namun jawabannya memanggil, aku mencoba chat kembali hanya ceklis satu. Lalu, aku mematikan ponselku dan memeluk omaku.