Di minggu kedua tepat dua hari kemudian setelah dipenjarakannya Pak Heri. Kami mendapatkan jadwal olahraga di hari Rabu. Kelasku sedang latihan belajar materi sprint yang melatih kecepatan dan kekuatan kaki bersama Pak Rian, guru olahraga kelas sebelas yang memiliki tubuh atletis dan banyak digemari oleh ibu-ibu para murid. Namun, karena sebentar lagi kami akan berganti pelajaran dengan kelas lain kami diberi waktu satu jam untuk bebas latihan dan sisanya untuk istirahat. Pak Rian meninggalkan semua murid di saat matahari sedang terik-teriknya di jam 11.00 siang.
Aku melihat dari ujung koridor segerombolan murid kelas sebelas dengan seragam pramukanya. Mereka berjalan bersamaan dengan Rizal dan di belakangnya seperti diikuti banyak pengawal. Ia berjalan santai menuju lapangan layaknya seorang raja dan meminta pasukannya untuk menyerang. Agak konyol dan terlihat bodoh, bisa-bisanya ia mengajak murid kelas sebelas, menjadikan mereka sebagai pengawal. Hal ini membuat semua orang yang berada di lapangan sangat terkejut melihat ia masih berani sekolah di sini, semua mata langsung tertuju padanya. Semua orang mengira ia telah dipindahkan dari sekolah ini karena aksi memalukannya di tahun lalu. Aku yakin bahwa ia bisa sekolah di sini lagi karena orangtuanya telah menyogok Pak Bonar. Sepertinya akan ada projek baru yang akan diberikan oleh orangtuanya Rizal untuk sekolahku ini, orang-orang kapitalis selalu berkuasa di atas kekayaan mereka.
Di lapangan sekolahku yang luas juga ada Sega dan teman-temanya yang sedang latihan calesthenic di ujung lapangan, sepertinya mereka tidak sadar bahwa ada Rizal datang ke sekolah ini. Segal menjadi pusat perhatian setelah Rizal tidak berada di BRIGADE. Sega memiliki wajah yang karismatik dan juga ramah ketimbang Rizal. Ia selalu mengajarkan murid-murid untuk olahraga bersama ketika pulang sekolah. Aku sempat latihan bersama Sega dan kawan-kawannya karena aku suka sekali pergi ke tempat Gym tiap hari Jumat. Saat olahraga Calesthenic menjadi trending di sosial media karena olahraga itu bukan hanya mengangkat tubuh tapi juga melatih keseimbangan, kekuatan dan percaya diri. Aku selalu diajak oleh Sega untuk latihan bersama selepas pulang sekolah, terkadang kami selalu melatih gerakan-gerakan sulit. Berbeda dengan cara Rizal, ia selalu bertingkah semena-mena terhadap semua murid mau itu murid laki-laki atau perempuan. Namun, tetap saja wajah tampannya itu selalu dibicarakan oleh semua orang.
***
Margaret dan Regina saling berbisik di belakangku kemudian dengan cepat aku melihat Margaret berlari menghampiri Rizal. Ia berlari dengan sekuat tenaga kemudian loncat di depan Rizal lalu meninju wajahnyanya dengan satu pukulan keras sehingga membuat suasana di lapangan menjadi ramai di jam 11.00 siang. Rizal jatuh terkapar, meneteskan darah dari hidung dan mulutnya. Lalu menyeka darahnya menggunakan tanganya, ia mendongak ke atas kemudian teriak.
"Ahhh, cewe gila." Teriaknya.
"Eh psikopat, lu udah gak waras ya. Ngapain lu balik lagi kesini gak tau malu lu." Ucap Margaret dengan emosi yang meledak-ledak.
Rizal dengan jijiknya mendengar ucapan Margaret langsung membuang ludahnya yang bercampur darah itu dari mulutnya. Saat aku ingin menghampiri Margaret untuk menarik lengannya karena dari atas semua murid keluar dan menyaksikan keributan mereka berdua. Seketika Regina menarik tanganku.