Di lantai tiga untuk bagian koridor sebelah kanan, terdapat kamar mandi laki-laki seperti di lantai satu dan dua. Di sebelahnya terdapat Lab. Komputer. Dirham bilang awalnya Lab tersebut dibuat untuk ekskul IT. Namun, karena banyak sekali murid beasiswa yang tidak mempunyai laptop untuk belajar, akhirnya tahun ini semua jurusan bisa mengakses Lab. Komputer tersebut. Aku mendengar kebijakan sekolah cukup adil dan bijaksana tanpa harus membeda-bedakan mana murid kaya dan mana murid miskin.
Setelah semua murid ditunjukkan Lab. Komputer, kami melanjutkan perjalanan menuju ruang kelas kami, yaitu kelas bahasa. Kami berjalan beriringan kemudian melihat, pintu untuk ekskul klub bahasa asing, disebelahnya ada ruang kelas sebelas bahasa yang dimana mereka sedang belajar, ruang kelas tersebut berada di sebelah kiriku. Untuk koridor di sebelah kananku, jika di lantai dua ada kelas sebelas IPS 1 dan 2, di lantai tiga ada kelas sebelas IPS 3 dan 4 yang memang sengaja dipisah agar seluruh angkatan kelas bisa bersatu tanpa adanya senioritas.
"Oh ya, teman-teman untuk ruang kelas kalian itu tepat berada di sebelah ruang kelas sebelas bahasa, di samping kelas kalian ada ruang kelas sepuluh IPS 1-4 dan selanjutnya ada kelas sebelas MIPA 1-5. Total ruang kelas di sekolah ini berjumlah tiga puluh ruang kelas. Di lantai dua terdapat dua belas ruang kelas, di lantai tiga ini terdapat tiga belas ruang kelas dan di lantai empat ada lima ruang kelas sebelas MIPA 1-5. Nanti selepas istirahat siang kita langsung berkumpul di lantai empat ya. Jadi teman-teman yuk silakan masuk ke dalam kelas karena saya mau absensi dulu kan tadi belum pada absen." Pinta Dirham.
Aku melihat pintu kelasku berwarna coklat dan di atas pintu tersebut terdapat kotak nama kelas seperti semua ruangan yang terbuat dari besi berwarna hitam dan dilapisi nama kelasku berwarna hijau. Benda tersebut di gantung menggunakan besi berwarna emas. Nama kelasku bertuliskan "X Bahasa" dan biasanya dibalik nama kelas selalu menggunakan bahasa Inggris. Namun, saat kutengok dari belakang ternyata bukan bahasa Inggris melainkan "Langage X" yang berasal dari bahasa Prancis karena aku tau kata itu berasal dari Bahasa Prancis.
Aku masuk ke dalam ruang kelasku kemudian menyaksikan kemegahan kelas yang sangat bersih dan rapih. Untuk meja dan kursinya terbuat dari kayu jati yang telah di cat berwarna coklat susu, bangku dan meja tersebut telah disusun membentuk empat banjar ke samping dan lima baris ke belakang dengan dua kursi dan dua meja yang tertata rapih.
Di kelasku terdapat sebuah AC yang berada di atas dua bingkai foto pahlawan dan dua bingkai foto yang tidak kuketahui, aku mendatangai dua bingkai pahlawan tersebut, yaitu Bapak Ki Hajar Dewantara dan Ibu Kartini. Bingkai mereka di letakkan di tembok belakang paling kiri dan kanan sedangkan dua foto yang tidak kuketahui ternyata mereka adalah seniman dari penulis sastra terkenal, yaitu Chairil Anwar dan W.S Rendra yang saat kuperhatikan ternyata gambar tersebut dibuat dari sekumpulan puisi mereka yang diacak. Gambar tersebut diapit di tengah-tengah foto pahlawan, aku pikir dua pahlawan tersebut adalah pahlawan pendidikan sedangkan dua penulis tersebut merupakan sosok ikonik dalam dunia sastra dan bahasa yang sesuai dengan jurusanku.