Dalam tidurku, aku mendengar lantunan suara azan subuh yang begitu indah. Biasanya, aku mendengar suara alarmku yang berisik. Namun, kali ini suara azan yang membangunkan tidurku. Aku terkejut melihat jendela kamarku terbuka, aku takut ada perampok menyelusup ke dalam kamarku. Seketika aku sadar bahwa tadi malam jendela kamarku sengaja kubiarkan terbuka. Aku tidak pernah mendengar suara azan subuh karena jendela kamarku tertutup sangat rapat. Aku mencoba menutup jendela kamarku dan benar saja jendela tersebut cukup tebal dan suara azan hanya terdengar samar-samar di telingaku.
Aku menguap sejenak kemudian aku beranjak dari tempat tidurku yang lebar dan panjang. Kunyalakan lampu kamar dan membuka pintu yang kukunci. Kuambil seragam olahragaku yang masih menggantung di gagang pintu kamar kemudian kuletakkan di tempat tidur, lalu aku pergi ke kamar mandi dan membuka pakaianku. Di kamar mandi, omaku memiliki shower yang bisa hangat dan dingin, aku lebih sering menggunakan air dingin karena air dingin membuatku segar di pagi hari. Aku memakai sampo aloe vera yang membuat rambutku tebal dan hitam pekat, lalu kusiram kepalaku lagi, rasanya mandi di pagi hari benar-benar nyaman dan tenang. Aku merasa sangat damai ketika bangun di kalah subuh. Ku lanjutkan dengan menyabuni badanku dari ujung telinga sampai kakiku, saat aku sedang mandi, aku mendengar suara Bi Ida.
"Mas, Ferdian lagi mandi ya?" Tanyanya.
"Iya bi, aku lagi mandi." Balasku.
"Oalah, Bi Ida udah masakin nasi goreng kesukaan mas Ferdian." Ucapnya lagi.
"Ok deh bi." Sahutku singkat.
Aku sering menghabiskan setengah jam waktuku hanya untuk mandi, aku merasa lebih tenang ketika air menyentuh rambutku. Aku selalu membayangkan bagaimana rasanya kehilangan orangtua dari bayi atau yang sudah tidak memiliki kedua orangtua sejak masih kecil. Aku tidak mengerti mengapa Allah membiarkan para orangtua meninggal di kala anak-anak mereka sedang membutuhkan kasih sayang, perhatian dan cinta. Aku selalu berpikir bagaimana nasib anak-anak yang tinggal di panti asuhan dan anak-anak yang hidup sebatang kara, saat ini kesedihan membuatku rapuh dan tenggelam dalam suara air yang turun dari pancuran. Aku diam sejenak kemudian kulanjutkan mandiku dengan cepat.
Setelah mandi, aku mengambil air wudhu, lalu pergi ke kamarku dan mengunci pintu. Sebelum kupakai seragam olahragaku, aku memutuskan untuk solat subuh terlebih dahulu, aku mengambil sarungku yang berada di lemari berwarna coklat tua dan baju kokoku berwarna maroon yang dibelikan oleh omaku, saat pulang dari tanah suci. Aku memiliki lemari dengan kapasitas yang cukup banyak, semua tersedia di lemariku yang berwarna coklat. Untuk kemejaku, aku menggantung di lemari khusus berwarna hitam-putih yang berada di samping lemari besar berwarna coklat. Aku mengambil sajadah di tempat perlengkapan solat, yang terdiri dari Quran, peci, tasbih, Yasin, dan sajadah. Lemari kotak tersebut lumayan besar yang berada di dekat jendela kamarku. Aku menggelar sajadah menghadap kiblat dan memakai baju koko serta sarungku. Aku menyelesaikan solat subuhku dengan perasaan senang dan hatiku terasa lebih nyaman ketika solat.
Setelah sholat, aku melihat jam di ponselku sudah menunjukkan pukul 06.00. Langsung kurapikan perlengkapan solatku dan mempersiapkan diriku, saat aku ingin memasukkan ponselku ke dalam tas, aku lupa sarapanku yang kemarin tidak kumakan. Saat kubuka tupperwareku dan kucium oromanya sangat menjijikan alias basi, ini semua akibat kerjaan Michelle yang membuatku tidak sarapan sampai saat ini.
Aku mengenakan seragam olahragaku berwarna biru muda. Seragam yang kupakai terasa lebih baru karena Bi Romlah mencuci seragamku lagi. Setelah semuanya beres, aku turun ke bawah tangga dan makan sarapan roti bakar yang dibuat oleh Bi Ida.
"Nih, mas, bibi udah siapin sarapan makan siang, nasi goreng special tapi bukan martabak." Ucapnya lucu.