Sang Multitalenta : Tahun Pertama

M. Ferdiansyah
Chapter #18

PERSIAPAN PBB

Aku tidak peduli dengan semua murid yang memandangiku, aku menganggap diriku dan Margaret sebagai Hansel dan Gretel yang melawan para penyihir di sebuah hutan. Orang-orang di sekitarku hanyalah sebagai warga desa yang suka menggunjing orang lain. Margaret termasuk orang yang tidak peduli akan pujian apalagi menjadi pusat perhatian, ia hanya ingin didengarkan sebagai seorang pemimpin yang adil, bijaksana dan memiliki loyalitas dalam pertemanan. Margaret tidak pernah sekalipun mengkhianatiku atau bermain api di belakangku. Aku dan Margaret selalu jujur jika kami punya masalah, Margaret tahu betul masalahku dan ia sangat setia mengajakku ke jalan yang benar walaupun aku melewati proses tersebut dengan sangat lambat.

Aku masuk ke dalam barisan kelas bahasa yang berada di tengah-tengah. Di barisan kelasku sudah ada Margaret dan kawan-kawan, aku di sambut mereka dengan memberikan sebuah tos-tosan tangan, hal ini kulakukan agar pertemananku dengan mereka lebih erat. Adapun formasi barisan di kelasku, diurutkan berdasarkan tinggi badan murid. Aku mengambil barisan dua dari belakang murid banjar laki-laki yang berada di baris paling kiri dan di depanku sudah ada Bimo lalu di belakangku diisi oleh Alvaro dan Sahrul. Di samping Sahrul ada Irfan yang berada di banjar sebelah kanan laki-laki. Di samping kiriku ada Margaret, di belakang Margaret diisi oleh Andin dan Regita. Miya baris paling depan banjar sebelah kiri perempuan dan Riska baris di banjar sebelah kanan kemudian di belakang Riska diisi oleh Yuni dan Betty. Terakhir di belakang Miya diisi oleh Devi dan Regina.

"Muka lu kenapa keringetan begitu, Fer?" Tanya Betty.

"Gua abis lari, Bet. Untung aja gua masih bisa lolos dibantuin ayahnya Riska, kalo gak ada si Riska, gua udah kena poin negatif." Ucapku sambil mengelap keringatku.

"Riska? Oh Riska! Dia mah temen sekelasnya Irfan waktu SMP, iya kan Ris? Si anak Betawi bingitz." Ledek Betty.

"Iye, hahaha. Gua temennya Irfan. Sayangnya gua ama die mah kaga akrab." Ucap Riska.

"Irfan tuh sering cerita ke gua tentang lu yang katanya berani, tangguh dan jagoan di sekolah." Kata Betty.

Setelah berbincang, aku, Riska, dan Yuni segera ke belakang untuk meletakkan tas seperti yang lainnya di atas bangku panjang seperti bangku di halte busway.

Lihat selengkapnya