Sang Multitalenta : Tahun Pertama

M. Ferdiansyah
Chapter #19

DRAMA PANJANG DI SAAT INGIN PBB

"Fer, lu udah baca WA gua kan?" Tanya Margaret.

"WA? Belum." Kataku.

"Cepetan baca." Pinta Margaret.

"Hp gua ada di tas, Mar." Bisikku.

"Yahh." Ucap Margaret lirih.

Aku tidak tahu apa yang akan Margaret lakukan, ia memintaku untuk membaca pesan Whatsapp darinya. Aku diam sejenak dan tersadar bahwa kemarin aku sempat mengarsipkan chat Margaret sehingga membuatku tidak tahu bahwa kemarin siang, ia mengirim sebuah pesan kepadaku. Seandainya Karen tidak menggangguku saat menelpon dengan Margaret mungkin aku sudah tahu rencana apa yang akan dilakukan Margaret hari ini.

"Emang kenapa Mar, penting banget? Semalem gua ketiduran gara-gara drama panjang sama sepupu toxic." Bisikku.

"Liat aja nanti, by the way kenapa sih di saat lu berantem sama sepupu lu, gua gak pernah ada. Gua pengen banget padahal jambak rambutnya Erlin, si manusia penuh aksi dan hedonisme itu." Ucapnya yang membuatku penasaran sekaligus ingin menghajar sepupuku.

Margaret sering main ke rumah omaku. Namun, di saat aku sedang perang dingin dengan Erlin dan Andri, Margaret selalu telat hadir padahal ia ingin sekali-kali menghajar Andri dan Erlin atau baku hantam kepala mereka berdua. Sebenarnya, Margaret juga membenci sepupuku yang lain seperti Alam dan Karen, Margaret selalu bilang kepadaku bahwa orang baik yang kita sayang belum tentu setia. Margaret sangat membenci Erlin dan Andri. Namun, ia juga membenci Alam dan Karen karena ia tidak rela jika aku terus tertekan oleh keadaan mereka. Margaret memiliki insting yang kuat terhadap Alam dan Karen walau sebenarnya aku belum pernah melihat sisi buruk mereka tapi saat kemarin itu adalah pertama kalinya aku melihat Karen tidak membelaku. Aku selalu berpikir apa jangan-jangan mereka ingin menguasai warisan omaku secara rumah omaku besar dan kekayaannya sangat melimpah. Namun, hari ini aku tidak ingin memikirkan mereka karena aku tidak mau menjadi beban pikiranku tapi aku harus berhati-hati terhadap mereka semua.

Adi tampil dengan maskulin, memakai seragam polisi yang ketat membuat lekuk ototnya bercetak. Kacamata hitamnya membuat Adi tampak macho. Mentari pagi menyorot wajahnya sehingga warna kulitnya yang putih seperti bercahaya. Ia berdiri di atas podium dengan sangat gagah dan perkasa. Kuakui abangnya Margaret sangat tampan dan tegas. Badannya tinggi bahkan lebih tinggi dariku.

"Pimpinan saya ambil alih! Semuanya siap, gerak! Istirahat di tempat, gerak!" Perintah Adi dengan suaranya yang lantang.

"Selamat pagi, junior." Sapanya yang kemudian turun dari podium dan berdiri di tengah lapangan.

"Pagi, pak." Balas semua murid.

"Jangan panggil saya pak! Terlalu tua, panggil saja Coach Adi!" Pintanya.

Dalam sebuah aba-aba PBB, jika seorang pemimpin bertanya kepada semua murid, posisi dari istirahat berubah menjadi tegap gerak, lalu murid menjawab kemudian balik lagi ke posisi seperti semula. Adi wajahnya tampak geram melihat kami semua yang tidak mengerti bahasa PBB. Ia hanya tersenyum kecil. Namun, sinis dan wajahnya pun seketika berubah menjadi kesal.

"Ok, semuanya hari kedua MPLS adalah PBB. Ada yang tahu apa kepanjangan dari PBB?" Tanya Adi.

"Pasukan Baris-Berbaris." Jawab semua murid dengan keras.

"Apa? Haaaa? Pasukan Baris-Berbaris? Kalian ini pernah PBB gak sih atau ikut organisasi pramuka atau paskibra? Jawabannya Peraturan Baris-Berbaris." Ucap Adi terheran-heran.

Seketika semua murid kaget dengan jawaban dari Adi. Selama ini aku dan yang lainnya berpikir bahwa PBB adalah Pasukan Baris-Berbaris ternyata salah besar. Adi berjalan melangkah ke kiri dan ke kenan, seperti ingin menanyakan sesuatu.

"Saya mau tanya siapa di sini yang pernah ikut PBB?" Tanya Coach Adi.

Lihat selengkapnya