Sang Multitalenta : Tahun Pertama

M. Ferdiansyah
Chapter #33

ARENA PERMAINAN SETAN

Sejujurnya aku tidak pernah sepanik ini karena aku tidak rela lomba pertamaku harus kalah dari yang lain termasuk Regina. Aku sangat ambisius untuk memenangkan lomba cipta dan baca puisi di tahun pertamaku. Aku harus mengalahkan Regina, aku yakin sekali ia sangat profesional di bidang sastra. Walaupun kami berteman namun untuk persaingan dalam mengambil gelar juara tujuan utamaku.

Di Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, semua murid diwajibkan memilih satu dari 20 cabang lomba yang dibagi menjadi empat kategori. Ada kategori seni yang terdiri dari lomba menyanyi, cipta dan baca puisi, gitar solo, menari dan desain poster. Untuk kategori olahraga terdiri dari lomba badminton, futsal, basket, renang dan voli. Sedangkan untuk kategori cerdas cermat terdiri dari debat bahasa Inggris, debat bahasa Indonesia, hafalan UUD, ranking satu dan tebak gambar. Terakhir ada kategori lomba bebas yang terdiri dari lomba makan durian, rias wajah, hias nasi tumpeng, tarik tambang, dan mengambil uang dengan spatula.

Aku cukup tertarik dengan semua macam lomba. Namun, pihak OSIS hanya mengizinkan satu cabang lomba untuk satu murid. Sebelum kami memulai lomba, semua murid dipersilakan untuk berkumpul di lapangan karena kami akan melaksanakan upacara. Semu murid mengenakan seragam di Hari Senin yaitu putih abu-abu sedangkan semua guru dan beberapa pekerja lainnya mengenakan seragam batik PGRI.

Robby si ketua OSIS langsung mengambil mic di podium dan memberikan aba-aba kepada kami semua. Dari yang berisik seketika menjadi hening dan semua mata tertuju pada Robby. Kami mengikuti apa yang ia katakan, tiba-tiba semua murid tertawa karena melihat Robby berbicara aneh dan terlihat sangat panik. Aku bisa melihat wajahnya yang sangat mencurigakan, tangannya tidak bisa diam bahkan gemetar saat memegang mic. Ia berhenti berbicara kemudian membanting mic tersebut dan berlari melewati guru-guru. Aku melihat dari belakang ia berlari ke lorong sekolah. Aku melihat Andin menutup mulutnya karena terkejut, Syahrul dan Alvaro tertawa melihat Robby membanting mic. Beberapa murid mengatakan bahwa Robby sedang mabuk.

"Pak Bonar keknya si Robby pake narkoba deh." Ucap Margaret sambil menunjuk tangan kananya.

"Mar, apaan sih lu." Ucapku sambil menurunkan tangannya.

"Sakit tuh orang." Ucap Betty.

Beberapa saat kemudian, kami semua membicarakan Robby. Namun, saat aku sedang berbicara dengan Andin. Andin melihat ke atas.

"Ahhhhh, guys." Teriak Andin.

"Si Robby, belajar gila." Ucap Riska terkejut sambil memegang kedua kepalanya.

Semua murid saling mendempetkan barisan dan menatap ke lantai empat. Kami menyaksikan sebuah kegilaan yang tidak pernah kami lihat sebelumnya.

"Robby, lu ngapain." Teriak Rizal.

Lihat selengkapnya