Aku hampir menyerah untuk mencari motif dibalik kasus Miya dan Robby karena petunjuk di ponsel milik Riska sudah lenyap, Aku sudah menservis di manapun tapi tidak ada yang bisa mengembalikan data-data dan informasi di dalamnya. Saat ini, Riska masih belum bisa sekolah dan ditemui oleh seluruh orang karena dua bulan yang lalu, ia mengalami pembengkakan di bagian otak sebelah kiri dan masih belum stabil untuk berjalan. Namun, aku belum ada kabar bahwa Riska akan kembali ke sekolah. Untuk kabar Yuni, ia masih menjalani perawatan intensif karena masih koma di rumah sakit. Luka yang diakibatkan benturan sangat fatal belum lagi bagian tubuhnya yang terluka sangat parah.
Aku harap dalam minggu ini Riska bisa kembali ke sekolah. Namun, aku tersadar kenapa aku tidak meminta bantuan kepada Bimo karena hanya dia lah yang bisa meretas data di komputer dan ponsel. Aku baru teringat akan keahlian Bimo selama ini karena dalam tiga bulan terakhir, aku kelelahan dalam mengikuti beberapa cabang lomba. Di bulan Januari akhir, aku mengikuti lomba debat Bahasa Indonesia bersama Margaret dan melaju di tingkat DKI sampai Nasional yang berlangsung di Medan, Sumatera Utara. Aku, Margaret dan Keisha harus saling membantu dalam beropini satu sama lain karena murid medan begitu lantang dalam menyampaikan pendapat.
Selama aku mengikuti lomba debat bahasa Indonesia, sekolahku mendapat juara satu berturut-turut. Dalam lomba debat, kami sering membahas mengenai pelecehan seksual, sex education, dan hamil di luar nikah. Aku mencari informasi mengapa tahun 2018 mendapat mosi tersebut dan faktanya banyak sekali kasus hamil di luar nikah dan predator pedofilia di Indonesia.
Setelah lomba debat Bahasa Indonesia, aku dan Margaret di undang oleh Bu Camille untuk mengikuti seminar bahasa Prancis sekaligus touring ke Museum Lovre, di Paris. Selama di Paris, banyak sekali kenanganku bersama Margaret dan Bu Camille. Paris, di kenal sebagai kota cinta, aku juga mengunjungi Menara Eiffel dan berfoto-foto di sana. Selama di Paris aku dan Margaret diajak Bu Camille untuk belajar kehidupan orang Prancis sekaligus sebagai pertukaran pelajar selama dua minggu. Bu Camille memilihku karena aku sudah fasih bahasa Prancis begitu dengan Margaret yang kuajari agar cepat memahami bahasa Prancis. Kota Paris akan selalu menjadi kota kenangan bersama kedua orangtuaku karena kota tersebut yang membuatku mencintai bahasa Prancis.
Sepulang dari Paris, Regina dan aku berbaikan. Regina meminta maaf padaku ketika aku dan teman-teman yang lain makan siang di kantin. Ia merasa malu karena sudah tahu bahwa potensiku dalam mengenal puisi lebih baik darinya, ia sendiri juga tahu bahwa aku menjadi murid paling dikenal akan prestasinya dan menjadi target pemilihan banyak cabang lomba. Begitu dengan nilaiku yang selalu mendapatkan nilai sempurna dalam setiap mata pelajaran. Selain itu, keaktifan di kelas, aku selalu menjadi yang terdepan terutama dalam pelajaran PPKN dan Sejarah Indonesia.