“‘Danau Hitam’ memakan korban lagi.”
“Ya, aku juga mendengarnya pagi tadi di televisi.”
“Sepertinya memang ada yang tidak beres dengan danau itu. Sudah banyak sekali yang menjadi korban, ‘kan?”
“Kabarnya, mayat yang ditemukan di sana selalu dalam keadaan tak wajar. Biasanya, mayat yang tenggelam wajahnya akan membiru dan tubuhnya akan membengkak, bukan? Tapi semua mayat yang ditemukan tenggelam di sana memiliki wajah pucat dan seluruh tubuhnya kering. Seolah-olah seluruh cairan yang ada dalam tubuhnya tersedot habis.”
“Ada kabar burung yang juga mengatakan kalau Danau Hitam itu dihuni oleh makhluk gaib. Bahkan, tak sedikit yang menyatakan kalau di sana terdapat gerbang keluar masuknya iblis.”
“Jangan-jangan orang-orang yang mati karena tenggelam itu adalah ulah iblis!”
“Pasti begitu! Tapi, walaupun banyak cerita seram tentang danau itu, masih saja ada orang yang penasaran dan ingin mendatanginya secara langsung.”
“Apa mereka tidak takut jika benar-benar bertemu dengan iblis di sana?”
“Bisa jadi orang-orang itu memang sengaja mencari iblis untuk diajak bersekutu!”
Tak tahan mendengar pembicaraan dua orang lelaki yang duduk di meja belakang, aku pun menyemburkan tawa. Namun, sedetik kemudian aku kembali menutup mulut. Aku tak ingin orang-orang bodoh di belakangku itu menyadari bahwa sebenarnya sejak tadi aku menguping pembicaraan mereka. Pembicaraan yang benar-benar ingin membuatku terbahak-bahak.