SANG PELAHAP JIWA

Emma Susanti
Chapter #4

BAB III JAMUAN DAN PERBINCANGAN

Hmm ... pretzel ini benar-benar enak!

Bahkan, lebih enak dari pretzel yang sering kubeli di pusat kota. Pretzel yang biasanya bertekstur keras bisa jadi selembut ini? Bukan berarti lembek, tapi …. Ah! Susah menjelaskannya! Yang penting ini lezat!

Apa mungkin Nacht si Pelayan yang membuatnya? Atau, dia juga membeli dari sebuah toko di pusat kota? Jika memang benar begitu, aku ingin bertanya kepadanya apa nama tokonya.

Teh rooibosnya pun nikmat sekali. Meskipun teh ini bukan berasal dari Jerman, tapi banyak sekali orang yang menyukainya. Tidak terkecuali aku. Teh yang berasal dari Afrika Selatan ini memiliki rasa yang cukup unik. Sesaat setelah meminumnya selalu meninggalkan kesan manis di lidah. Meskipun sama sekali tidak diberi pemanis seperti gula ataupun susu. Tak hanya itu, teh ini juga memiliki rasa kacang dalam aromanya. Mungkin karena itulah yang membuat teh rooibos ini berasa unik.

"Sepertinya pretzel buatanmu benar-benar enak, ya," ucap Licht Dunkelheit yang kontan membuatku terbatuk-batuk. Tampak sekali bahwa perkataannya itu tertuju khusus kepadaku.

"Saya sudah bilang berkali-kali untuk tidak meremehkan kemampuan saya, Tuan Muda," sahut Nacht sembari tersenyum. "Ada baiknya Anda juga ikut mencicipinya."

"Tidak, terima kasih. Aku cukup dengan minumanku saja," tolak Licht Dunkelheit sebelum kembali menyesap minumannya.

Kalau tidak salah ingat, ini sudah cangkir ketiga yang ia minum. Sepertinya dugaanku memang benar, bahwa minuman itu adalah hot chocolate. Aroma manis setiap kali Nacht menyajikan minuman itu kepada tuannya-lah yang membuatku semakin merasa yakin.

Licht Dunkelheit berdeham. Di saat yang sama, Inspektur Recht menyikutku. Tujuannya mungkin untuk menghentikanku memakan camilan yang disediakan oleh si Pelayan.

"Saya sudah memperkenalkan diri. Jadi, bagaimana jika sekarang giliran Anda sekalian yang melakukannya?" ucap Licht Dunkelheit setelah menaruh kembali cangkir berisi minumannya.

Giliran Inspektur Recht yang berdeham sekarang. "Kami berdua dari Divisi Investigasi Wittenberg Polizei Zentrum. Namaku Recht dan ini anak buahku Nord," katanya sembari mengedikkan kepala ke arahku.

"Divisi Investigasi … begitu rupanya," gumam Licht Dunkelheit sembari mengangguk-anggukkan kepala. "Jadi, ada perlu apa sampai-sampai pihak dari kepolisian menginjakkan kakinya ke kastel ini?" tanyanya dengan angkuh.

Inspektur Recht meletakkan minumannya di atas meja. Kemudian, dengan raut wajah serius ia mulai bicara, "Kau pasti sudah tahu tentang kasus yang belakangan ini melanda kota, bukan?"

"Ah!" seru Licht Dunkelheit tiba-tiba. "Maksud Anda kasus banyaknya orang yang menghilang dan bunuh diri tanpa sebab. Iya, kan?"

Dari caranya berbicara aku bisa mengetahui dengan jelas bahwa Licht Dunkelheit sama sekali tidak peduli dengan kedua kasus itu. Bahkan, ia terlihat tidak menaruh rasa simpati sedikit pun.

Tapi, bagaimana bisa? Apa karena dia masih anak-anak?

"Benar, kedua kasus itu yang membawa kami kemari," kata Inspektur Recht dengan tegas.

Lagi-lagi Licht Dunkelheit tersenyum. "Kasus yang sampai saat ini masih belum juga terpecahkan. Bahkan, pihak kepolisian saja sampai kewalahan. Bukan begitu, Nacht?"

Sungguh, aku tak suka nada bicaranya yang seolah menganggap pihak kepolisian tak becus dalam mengerjakan tugasnya.

Kulihat Inspektur Recht kini tengah mengepalkan kedua tangan di atas lutut. Sudah pasti ia pun merasa tersindir oleh perkataan Licht Dunkelheit barusan. Apalagi, di saat dirinya tengah berusaha keras dalam memecahkan kasus-kasus itu.

"Me-meskipun begitu, tidak lama lagi kasus itu pasti akan berhasil kami pecahkan!" seruku mencoba membela harga diri Inspektur Recht.

Licht Dunkelheit tergelak. "Anda memiliki anak buah dengan semangat tinggi, Inspektur."

Apa sekarang dia sedang mencoba meledekku?

"Sebaiknya kau siapkan makan siangnya sekarang, Nacht. Aku yakin Inspektur Recht dan anak buahnya sudah mulai kelaparan," ucap Licht Dunkelheit yang langsung disambut dehaman keras dari Inspektur Recht.

"Tidak usah. Lewatkan saja makan siangnya. Masih ada yang ingin kutanyakan kepada kalian," ujar Inspektur Recht yang kontan membuatku kecewa.

Lihat selengkapnya