SANG PELAHAP JIWA

Emma Susanti
Chapter #25

BAB XXIV KEBOHONGAN SENTA

“Anda tidak sungguh-sungguh, ‘kan?” tanyaku mencoba memastikan apa yang baru saja dikatakan Inspektur Klaus mengenai Senta; yang katanya korban penyiksaan sesungguhnya yang dilakukan oleh Helga Hildegard di masa lampau.

Namun, Inspektur Klaus tak mengatakan apa pun. Barulah, setelah Inspektur Recht bertanya langsung, ia menjawab dengan penuh keyakinan bahwa, “Ya, Senta yang kau interogasi di Spitzberg beberapa hari yang lalu, Recht. Dialah korbannya.”

Rasanya ingin berteriak dan mengatakan bahwa itu tidak mungkin. Akan tetapi, aku memilih untuk kembali diam agar dapat ikut mendengarkan lebih lanjut seluruh informasi yang telah didapatkan oleh Inspektur Klaus dari pastor bernama Othman itu.

“Kau bilang Vater Othman menghilang sebelum penyiksaan itu dimulai, ‘kan?” tanya Inspektur Klaus seraya mencondongkan tubuh.

“Itu yang kudengar,” sahut Inspektur Recht.

“Itu tidak benar,” timpal Inspektur Klaus yang telah berhasil membuat kening Inspektur Recht berkerut dalam. “Dia masih berada di sana ketika penyiksaan itu berlangsung. Tapi entah bagaimana ceritanya, kepengurusan yayasan, perawat panti, sampai dengan anak asuh, semuanya berada di bawah kekuasaan Helga Hildegard. Tentu saja aku bertanya bagaimana bisa sampai seperti itu, tapi Vater Othman bersikeras tidak ingin menceritakannya lebih lanjut tentang itu,” sambungnya yang membuatku menggeleng-gelengkan kepala. 

Apa yang membuat Vater Othman bungkam tentang itu? Apakah ada hal memalukan yang mati-matian ingin dia sembunyikan mengenai itu? Sebuah rahasia besar yang menyangkut nama baiknya sebagai pastor?

“Sebenarnya, Vater Othman sudah curiga bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan yayasannya. Apalagi setelah dia secara tak sengaja melihat luka lebam di tangan Senta. Vater Othman mencurigai adanya ‘praktik kedisiplinan’ berlebihan yang dilakukan oleh Helga Hildegard dan para perawat pantinya yang lain,” lanjut Inspektur Klaus.

Tentu saja! Tidak ada praktik kedisiplinan semacam itu! Membuat seseorang mendapatkan luka lebam hingga trauma mendalam, bukan lagi menjadi sebuah praktik kedisplinan, melainkan penyiksaan!

“Vater Othman sempat bertanya kepada Helga Hildegard, tapi jawabannya selalu saja tak memuaskan. Dan setiap kali dia ingin memeriksa keadaan Senta, Helga Hildegard selalu melarangnya dengan alasan ‘Senta adalah perempuan’. Sebagai pastor, Vater Othman sudah tahu dan mengerti betul bahwa dia memang tidak berhak melakukan ‘pemeriksaan’ itu. Tapi, dia juga tidak tega jika penyiksaan itu terus berlanjut dengan Senta sebagai korbannya.”

Aku benar-benar tak mengira bahwa ada “pelayan Tuhan” yang tak berperasaan seperti Helga Hildegard itu. Apalagi dengan status terakhirnya yang sudah berhasil menjabat sebagai suster kepala. Benar-benar menjijikkan!

Inspektur Klaus masih meneruskan, “Akhirnya, Vater Othman memutuskan untuk pergi dari Santo Joseph. Dia berkelana sambil mencari cara untuk menyelamatkan Senta dari siksaan Helga Hildegard. Tak lama setelah itu, dia memutuskan untuk menetap di Harz. Kebetulan di sana dia memiliki seorang pastor berusia cukup lanjut yang sudah dia anggap seperti ayahnya sendiri. Vater Corte … dia memanggilnya begitu.”

Vater Corte ….

“Vater Othman berkonsultasi dengannya tentang Senta dan Santo Joseph. Juga tentang Helga Hildegard. Setelah itu, Vater Corte menyatakan kesediaannya untuk membantu Vater Othman. Akhirnya, dengan bantuan Vater Corte dan kesaksian anak-anak asuh lain, juga para perawat panti yang mengaku bahwa mereka hanya diminta ‘menonton’ selama penyiksaan itu berlangsung, gereja juga yayasan Santo Joseph resmi ditutup.”

Sudah seharusnya begitu!

“Aku tak tahu apa alasan Senta memberikan keterangan palsu kepada kalian, tapi sudah jelas bahwa dia ingin menutupi sesuatu,” imbuh Inspektur Klaus seraya melemaskan tubuh dan menyandarkan punggungnya ke kursi.

Mendengar semua penuturan Inspektur Klaus membuat bahuku melorot seketika. Aku tak mengira bahwa Senta benar-benar membohongiku dan Inspektur Recht.

Lihat selengkapnya