Wanita di dalam mobil sedan berwarna biru langsung menurunkan kaca jendela begitu aku mengetuk cukup keras kaca jendela tersebut.
“Selamat siang!” sapaku sambil tersenyum. “Sudah saya duga kalau Anda akan datang ke sini,” kataku yang kemudian mempersilakannya untuk keluar dari mobil.
“Ba-bagaimana Anda—”
“Saya sudah tahu semuanya, Suster.”
Ya, wanita yang kini berada di hadapanku adalah Senta. Salah satu anak asuh yang pernah tinggal di Santo Joseph. Anak perempuan yang pernah menjadi korban dari kekejaman Helga Hildegard.
“Anda pasti ke sini untuk melihat lokasi ditemukannya jasad teman Anda, bukan?” terkaku penuh percaya diri. “Melihat Anda langsung terdiam begitu sudah pasti tebakan saya benar,” sambungku.
Bannan Schrader. Pastor muda berusia 23 tahun yang ditemukan tergantung di sebuah restoran keluarga yang berada di kawasan Lutherstadt, merupakan salah satu dari bekas penghuni Santo Joseph. Aku memang tak mengenalinya, tapi aku pernah melihatnya. Lebih tepatnya, aku pernah melihat fotonya.
Saat aku, Inspektur Recht, dan Inspektur Klaus mengadakan rapat tertutup di ruangan Inspektur Recht beberapa hari lalu, Inspektur Klaus menunjukkan sebuah foto yang berisikan para penghuni yayasan Santo Joseph yang didapatkannya dari Vater Othman. Dia juga menunjukkan wajah Senta kecil yang berdiri dengan diapit oleh kedua anak lelaki. Salah satunya, meskipun tak terlalu jelas, bisa kulihat anak lelaki bertahi lalat di pipi kiri yang berdiri lebih dekat ke Senta dibanding dengan anak lelaki yang satunya. Meskipun anak lelaki di foto itu hanya berusia belasan, wajahnya tak terlalu banyak berubah. Oleh karena itu, aku bisa langsung menyadari bahwa anak lelaki itu adalah pastor muda yang jasadnya kami temukan menggantung di jendela restoran.
Untunglah aku langsung bisa mengingatnya ketika masih berada di dalam mobil Inspektur Recht. Paginya, kami memutuskan untuk menghubungi Vater Othman dan menanyainya perihal jasad yang kami temukan tadi malam. Kami juga mengirimkan foto jasad korban tersebut melalu surel. Di saat itulah kami mulai mengetahui kebenarannya. Dan, sesuai dugaanku juga Inspektur Recht bahwa Senta pasti akan datang ke lokasi terbunuhnya Bannan Schrader.
Yah, memang tidak sia-sia beberapa hari ini aku terus mengawasi pergerakan di sekitar restoran.
Bannan Schrader adalah seorang pastor muda yang berasal dari sebuah gereja di Hayn. Vater Othman tak sengaja bertemu kembali dengannya ketika sedang melakukan kunjungan ke sana. Bahkan, tidak hanya Bannan yang ia temui di sana. Ia juga bertemu dengan mantan anak asuhnya yang lain ketika di Santo Joseph dulu, Alger Fishcler. Ternyata Alger dan Bannan sama-sama telah menjadi pastor muda di Hayn. Beruntung, Vater Othman memiliki nomor telepon genggam dan Skype milik Alger Fischler. Dia langsung memberi tahu kami, juga menyarankan kami agar langsung menghubungi Alger. Vater Othman juga mengatakan bahwa Alger, Bannan, dan Senta sangat dekat saat di Santo Joseph dulu. Oleh sebab itu, Alger pasti tahu sesuatu tentang mereka.
***
Setelah memperkenalkan diri melalui telepon seluler, aku dan Inspektur Recht pun memutuskan untuk melakukan panggilan video terhadap Alger Fischler. Tujuannya hanya untuk mempermudah kami agar dapat berbicara secara langsung sambil “berhadap-hadapan”.
“Kita langsung saja ke intinya,” ucap Inspektur Recht mengawali. “Kau mengenal Senta dan Bannan, bukan?”
Dari layar laptop bisa kulihat Alger Fischler menganggukkan kepala. “Kami sama-sama pernah tinggal di yayasan Santo Joseph,” jawabnya. “Saya sudah mendengar semuanya dari Vater Othman. Suster Helga … dibunuh, kan?” Aku dan Inspektur Recht sama-sama mengangguk. “Saya tak mengira kalau Suster Helga benar-benar akan dibunuh,” ucapnya setengah bergumam.
“Maksudmu? Kau tahu bahwa ada seseorang yang berniat membunuh Helga Hildegard?” tanya Inspektur Recht sambil mengerutkan kening.
“Ya ….” Alger Fischler mengangguk lemah. “Dan sekarang … Bannan pun tewas?” tanyanya memastikan.
“Ya, jasadnya ditemukan kemarin malam di kawasan Lutherstadt. Apa kau tahu sesuatu?” Inspektur Recht balik bertanya.
“Kalau mengenai Suster Helga, saya rasa itu bukanlah hal yang aneh. Tapi Bannan … siapa yang membunuhnya?” tanyanya lebih kepada dirinya sendiri.
“Bisa Anda menjelaskannya lebih terperinci lagi, Vater?” tanyaku semakin tak sabar.