22 Oktober 2018
Aku yang masih berada di taman rekreasi pada sore hari ini. tidak lagi memancarkan senyum dari bibirku yang tengah mengunyah sesuap nasi dengan lauk ayam goreng. Hanya ada kedua bola mata yang mulai mengembun mencoba menahan turunnya air mata. Aku tidak ingin sampai ketiga temanku tahu bahwa aku tengah bersedih dan terluka saat ini. Sakit rasanya! Semangatku hilang begitu saja setelah aku menerima panggilan telepon dari Endi, kekasihku. Tunggu? Apa dia masih kekasihku? Bukan! Dia bukan kekasihku lagi. Dia baru saja memutuskan hubungan kami tanpa menunggu keputusanku.
"Kita putus!" katanya yang langsung mematikan ponselnya begitu saja. Aku dibuat bingung terombang - ambing. Makan pun sebenarnya aku tidak selera. Tapi apa boleh buat aku harus tetap makan karena sedang berusaha menutupi luka di depan temanku.
Apa benar kami sudah putus? Kenapa jadian harus ada dua pihak yang setuju? Sementara putus satu pihak saja sudah bisa dikatakan putus? Bahkan ini putus begitu saja? Rasanya tidak masuk akal. Tidak mungkin dia cemburu dengan temanku yang juga kenal dengannya. Sandi bukanlah orang asing yang baru ku kenal.
Aku memang bersalah tidak izin dengannya jika aku ingin pergi ke taman rekreasi ini. Aku memang sengaja merahasiakan darinya tapi bukan maksudku untuk selingkuh. Sungguh! Aku hanya tidak terima dengan perlakuan Endi yang semakin semena - mena terhadapku. Belakangan aku tahu dia pernah pergi bersama Rina ke puncak. Padahal saat itu aku mengajaknya pergi.
"Ke bogor yuk!" ajakku
Aku berusaha mendapatkan perhatian darinya lagi yang mulai pudar. Tetapi dia menolak ajakanku.
"Gue gak bisa sekarang, ada kerjaan!" katanya datar dan langsung menghilang begitu saja. Bagaikan tuyul yang sudah mendapatkan uang lalu lenyap entah kemana.
Tiga tahun menjalani hubungan asmara bersamanya tapi baru kali itu dia terlihat benar - benar berbeda. Aku mungkin sudah biasa dengan genitnya dia kepada seribu perempuan mana pun. Kala itu bukanlah pertama kalinya dia selingkuh melainkan sudah kesekiaan kali. Hanya saja aku yang terlalu bodoh lagi - lagi memaafkannya. Aku begitu percaya dengannya bahwa dia akan berubah. Cinta memang buta!
Jadi aku hanya tidak mau buta lagi. Aku sudah mencintainya sepenuh hati dan sudah saatnya aku harus pakai logika. Niatku pergi kesini bersama temanku karena semata - mata aku butuh menghirup udara segar. Rasanya sudah terlalu lama berharap pergi bersama Endi tapi dia selalu tidak bisa. Bukan tidak bisa! Dia justru memilih pergi bersama Rina. Aku tahu, karena aku melihat foto bahagianya di Instagram perempuan itu. Entah apa maksudnya. Sepertinya dia sengaja membuatku terluka. Lalu apakah aku salah? Kenapa dia berhak pergi dengan perempuan lain? Aku bisa melihat dengan jelas bagaimana mereka bahagia bermain air terjun. Sungguh aku masih terluka saat itu.
Sekarang di saat logikaku sudah mulai bekerja. Di saat aku mengontrol butanya cinta. Dia memutuskanku hanya karena dia cemburu dengan Sandi? Ini tidak masuk akal! Aku tidak pergi berdua seperti dia pergi bersama Rina. Aku pergi berempat bersama Dewi, Ian dan Sandi. Mereka teman kampusku yang juga Endi kenal.