November 2021
Naraya mendengkus, editornya menginginkan kasus yang lebih menghebohkan dari kasus-kasus yang pernah dia sajikan di bagian rubrik Kupas Kasus. Majalah online tempatnya bekerja memang terkenal menyajikan artikel-artikel yang bernas dan sesuai fakta.
Seringkali Naraya memang memutar ulang kasus-kasus zaman dulu yang masih menjadi misteri. Kali ini editornya menginginkan kupas kasus yang benar-benar mengungkapkan siapa, atau apa penyebab dari suatu kejadian yang menghebohkan tersebut.
“Mulai tahun ini, seringlah cari kasus heboh terbaru. Jangan terus mengupas kasus yang sudah lama.” kata Ardian. “Kalau perlu pecahkan kasus itu.”
Naraya mengerut, memecahkan kasus? Memangnya dia polisi? Lagipula untuk dapat memecahkan suatu kasus banyak komponen yang harus terkumpul lengkap. Tidak bisa melihat dari satu sisi. Sementara akses untuk penyelidikan untuk Naraya sangat terbatas.
“Tetapi saya meramu kasus itu berbeda dari yang pernah ditayangkan di media massa lain.” Naraya masih membantah Ardian. “Perasaan saya juga sering mengulas kasus yang terbaru.”
Dan perlu diketahui setiap kali Naraya menuliskan satu kasus yang masih fresh dari penggorengan, dia pasti akan mendatangi tempat kejadian secara langsung. Melakukan wawancara dengan orang-orang yang terkait atau warga sekitar yang terdampak. Yang terkadang uang perjalanan menombok dari kantongnya sendiri.
Kasus-kasus baru yang Naraya pernah tulis antara lain; pembunuhan Anjani Bee, pembunuhan Cemara Asri Medan, pembunuhan editor salah satu stasiun televisi terkenal, pembunuhan Baki, pembunuhan kopi sianida dan lainnya.
Lagi pula Naraya menuliskan kasus tersebut bukan sekedar menuliskan kronologis kejadian. Seperti yang disiarkan oleh koran-koran. Dia juga menuliskan secara detail latar belakang korban dan juga pelaku, termasuk aspek psikologis, sosial yang melatari suatu peristiwa. Demi mengembangkan pola pikir sebagaimana pelaku kriminal, Naraya juga sering membaca buku tentang psikologi forensik dan psikologi sosial untuk menganalisis kasus yang sedang ditulisnya.
“Lain kali, bawakan saya kasus yang lain dari pada yang lain. Yang lebih besar dan sensasional.” kata Ardian.
“Baik,” kata Naraya tidak mau berdebat lagi dengan editornya.
Naraya tercenung di mejanya. Kata-kata Ardian siang tadi membuatnya harus putar otak bagaimana memenuhi keinginan sang editor.
“Belum pulang?” sapa Damas rekan kerjanya yang mendapat tugas menuliskan rubrik ‘Techno’ yang membahas penemuan mutakhir manusia.