[Pendaki yang hilang waktu itu ditemukan lagi, yang cewek, sayangnya sudah menjadi mayat.] Terang Gagat.
“Bagaimana dengan yang lain?” tanya Naraya ketika teringat cerita Gagat mengenai empat pendaki yang hilang. Pencarian awal, satu orang berhasil ditemukan dalam kondisi hipotermia parah.
[Kami masih mengupayakan, sebelum tenggat penghentian.]
“Baik, hati-hati di sana.” ucap Naraya ingin mengakhiri sambungan telepon.
[Kamu juga hati-hati. Love you.]
“Ya,” balas Naraya. “Aku tunggu berita lengkapnya.”
Selalu begitu, kalau kekasihnya melakukan operasi SAR. Untuk urusan kasus hilang di gunung, dan saat Naraya butuh berita cukup mewawancarai Gagat. Dia tidak perlu menuju lokasi langsung untuk mendapatkan cerita yang akurat. Rasanya Naraya cukup beruntung berpacaran dengan Gagat yang seorang anggota resquer.
Selanjutnya Naraya mulai menuliskan artikel tentang hilangnya Jennifer Kesse yang hampir mirip dengan menghilangnya Gina ketika akan berangkat bekerja. Kondisi rumah yang rapi, kamar mandi habis terpakai lalu mobil Jenifer juga ditemukan satu mil dari apartemen. Namun, semua itu tidak memberikan petunjuk ke mana langkah Jennifer selanjutnya.
Tunggu, kenapa ceritanya hampir sama dengan Gina? Keduanya berselisih dengan tunangan karena ada pria lain yang terobsesi dengannya. Pada kasus Gina yang terindentifikasi sebagai orang ketiga; supervisornya. Sungguh suatu kebetulan yang sama sekali tidak terduga oleh Naraya.
Masih separuh jalan bagi Naraya untuk menuliskan kisah Jennifer yang dia rangkum dari beberapa sumber. Mendadak tangannya berhenti mengetuk papan ketik laptop. Apalagi setelah tahu ending dari kasus Jennifer yang menghilang masih menjadi misteri hingga sekarang. Hanya dugaan menguar dia dibunuh, atau menjadi korban penculikan lalu berakhir ke kancah perdagangan manusia.
Duh, jangan sampai itu terjadi pada Gina.
***
Keesokan paginya, Naraya sudah mendatangi bagian administrasi kantornya yang berada di lantai satu. Bagian ini terdiri dari bagian persuratan, kepegawaian atau HRD yang berkenaan dengan gaji karyawan, pemasaran dan humas. Divisi ini dikepalai oleh Pemimpin Kantor, Pak Nabil.
“Ada surat untuk saya?” tanya Naraya pada Mbak Herdi staf admin yang mengurusi persuratan. Naraya tak lupa menyapa semua penghuni ruangan yang terdiri dari sepuluh orang termasuk Pak Nabil. Masing-masing bagian berisi dua orang. Satu penanggung jawab, satunya sebagai asisten. Kecuali bagian akuntan yang hanya satu orang yang dipekerjakan.
“Tidak ada. Memang surat dari siapa?” tanya Herdi yang punya nama lengkap Herdiyanti dengan sikap penasaran. Tidak biasanya Naraya menanyakan surat pada perempuan berkerudung dengan gelembung besar di belakang kepala.
“Dari kepolisian.” sahut Naraya.
Herdi membelalakkan mata. “Nggak salah dengar?” ucapnya.
“Iya, Mbak. Surat panggilan dari kepolisian.”
“Memang Mbak Naraya salah apa?” Pak Nabil yang duduk di pojok kanan sejajar dengan Jamal, akuntan yang selalu berpakaian rapi, menanggapi.
“Pemanggilan sebagai pelapor atau saksi mungkin.” sahut Naraya yang masih menyender pada sekat setinggi dada.
“Kok mungkin?” balas Herdi.
“Berharap bukan jadi tersangka.” Naraya meringis.
“Jangan main-main, ah!” sergah Lina HRD kantor.