Sang Pemangsa di Gunung Lawu

Xie Nur
Chapter #31

Jejak #13

Setelah pergi dari rumah Akmal, Naraya meminta Gagat mengantarnya ke rumah orang tua Gina. Rumah mereka tampak sepi seperti sebelumnya. Efek PPKM turut melengkapi kesunyian sekitar rumah.

Naraya mengetuk pintu. Bu Rohana menyambut tamunya dengan senyum yang dipaksakan.

“Mari masuk!” katanya mempersilakan Naraya dan Gagat duduk di ruang tamunya yang tidak terlalu luas.

“Bu Rohana, sehat?” salam sapa Naraya.

“Alhamdulillah, sehat, Mbak.” sahutnya. “Saya panggilkan Bapak dulu.”

Bu Rohana masuk kembali untuk memanggil suaminya. Tak lama muncul pria berpeci putih menyapa Naraya dengan senyum terbuka lebar.

“Gimana, kabarnya Pak?” tanya Naraya seraya berdiri tanggung lalu salim pada bapak Gina. Gagat mengikuti.

“Maaf, Pak, Bu. Kami belum berhasil menemukan Gina.” ucap Naraya tidak bersemangat. Perasaan tidak enak melumuri. Tetapi kejujuran harus diucapkan meski pahit. Daripada menyimpan kebohongan yang manis namun berakhir tragis.

Bapak Gina mengangguk bisa mengerti. Beda dengan Bu Rohana yang telah menggenang air mata. 

“Kita semua sudah berusaha,” ucap Pak Tontowi. “Semua kerabat, telah berkali-kali kami hubungi, termasuk teman-teman Gina yang kami tahu. Selanjutnya tinggal pasrahkan pada Yang Membuat Hidup.”

“Tetapi, saya masih akan mencari.” ujar Naraya.

Setelah pulang dari sini, esok dia berniat memasang selebaran yang memuat foto Gina. Siapa tahu nanti ada orang yang kebetulan melihatnya pada malam itu sehingga bisa memberinya satu titik terang yang pasti.

“Sekali lagi, terima kasih Mbak Naraya.” ucap Bu Rohana mengisak.

 

***

 

Lihat selengkapnya