[Ada pendaki yang menemukannya]. kata Gagat di seberang ketika Naraya meneleponnya kembali saat sudah sampai di rumah sembari menge-pack pakaian. [Kami akan mengevakuasi besok pagi].
“Aku berangkat ke sana sekarang.” kata Naraya yang telah memasukkan baju terakhir.
[Jangan, Ay!] cegah Gagat. [Bahaya malam-malam menyetir sendiri].
“Aku mau ke rumah Gina dulu, mungkin menginap di rumahnya. Siapa tahu besok pagi bisa mengantar mereka ke puskesmas setempat.
[Kenapa tidak besok pagi setelah subuh? Masih terkejar waktunya].
“Aku tidak akan tenang kalau masih di sini.”
[Ay....]
“Sudah ya, aku mau menghubungi editorku dulu, minta izin tidak masuk kantor.” putus Naraya segera mengakhiri sambungan teleponnya dengan Gagat.
Naraya duduk di ranjang lalu berganti menelepon Ardian. Lama nada dering berputar. Saat Naraya akan menyerah, satu suara telah menyahutinya.
[Ada apa, Na?] sahut Ardian dari sambungan telepon.
“Saya mau izin ke Solo, Mas. Teman kontrakan saya yang hilang ditemukan meninggal di lereng Gunung Lawu.” Saat mengatakan itu, jiwa Naraya seolah telah hilang separuh. Orang-orang terdekatnya satu-satu pergi tanpa ada pertemuan yang akan datang.
[Turut berduka, Na. Kamu berangkat sendiri?]
“Iya, Mas.”
[Sebaiknya kamu mencari teman.]
“Nggak apa-apa, saya baik-baik saja, kok.”
[Beneran lho, ya].
Naraya mengangguk meski tahu editornya tidak bisa melihat anggukannya. “Tentu,”
[Oh ya, jangan lupa tuliskan beritanya]. Mendengar perintah atasan langsungnya itu, Naraya bisa menduga kalau Ardian pasti sudah menggenggamkan tangan ke udara. Dia pasti berpikir akan temukan harta karun berita kriminal yang seru.
“Siap!” sahut Naraya tidak terlalu antusias.
Sambungan telepon putus. Pada beranda tertera nama Gagat telah meneleponnya berkali-kali, termasuk satu nomor tidak dikenal. Naraya memilih tak mengacuhkannya. Namun, satu pesan di deretan tampilan Whatsapp membuatnya membuka pesan tanpa nama itu.
Ini Dwian. Aku mau ikut. Bisa kita berangkat bareng?
Naraya menautkan alis. Dari mana Dwian tahu nomornya?Apa mungkin Reni? Naraya menghempas napas. Bimbang.