Puas bertanya-tanya pada Reno serta mendapatkan bekal nama-nama pendaki yang naik pada hari Gina ditemukan, Naraya berpamitan. Dia lalu melajukan mobilnya menuju Pos Polisi Sarangan yang merupakan kepanjangan tangan atau perwakilan dari Polsek Plaosan. Mungkin fungsinya untuk mempermudah pelaporan warga setempat bila terjadi suatu perkara atau hal lain terkait keamanan dan ketertiban masyarakat. Berhubung letaknya dekat dengan basecamp Cemoro Sewu, tentu keberadaannya untuk mempermudah jangkauan pos pendakian terkait laporan pendaki yang hilang.
Pos Polisi Sarangan letaknya dikeliling berbagai tempat wisata dan berada sangat dekat dengan objek wisata Telaga Sarangan. Malah menghadap persis telaga tersebut. Jarak yang harus ditempuh kurang lebih dua puluh menit dari basecamp Cemoro Sewu.
Di sini Naraya berharap mendapatkan info kasar tentang berbagai kejadian orang hilang, atau pendaki yang meninggal di gunung. Setelah ini dia perlu menyusur catatan berbagai kejadian di Gunung Lawu jalur Cemoro Sewu ke polsek setempat. Setidaknya untuk tujuh tahun ke belakang. Naraya pikir, catatan lengkap itu pastilah tersimpan di kantor resminya Polsek Plaosan.
Tiba di depan pos polisi, Naraya mengarahkan mobil pada satu pelataran luas samping pos. Ketika turun dari mobil matanya langsung menjelang birunya danau dengan latar pegunungan yang menyulut decak kekaguman.
Naraya kemudian melangkah ke arah kiri setelah tubuh mencerna keindahan danau di depan. Melewati halangan sepeda motor yang terparkir melintang di teras pos polisi. Sebuah pintu yang merangkai satu jendela kaca menyapa. Seorang dengan rambut berdiri tegak semi mohawk langsung menoleh pada Naraya yang telah melantunkan salam.
“Mari masuk!” sapanya ramah. Petugas polisi itu mempersilakan Naraya duduk pada salah satu deretan kursi besi dengan busa warna merah. Sementara Bapak itu mengambil tempat duduk di balik meja yang menghadap Naraya. “Bagaimana ada yang bisa kami bantu?”
Naraya mengeluarkan kartu nama andalan, meski terkesan jadul. Tetapi itu sangat mewakili dirinya juga Majalah Beringas.
“Saya dari Majalah online Beringas,” kata Naraya mengulurkan kartu namanya. “Di sini asyik, ya, Pak?” Naraya berbasa-basi sebentar. “Pemandangan sekitar menyegarkan.”
“Yah, seperti itu. Mbake sudah menikah belum?” Petugas polisi yang bernama Akbar terlihat dari tulisan dibaju, balik tanya pada Naraya.
“Belum Pak.”
“Nah,” Akbar menjentikkan jarinya. “Menikah sama orang sini saja, nanti jadi bisa pindah kemari.” Dia tergelak sendiri. “Di Semarang panas tho, Mbak? Nggak asyik buat bulan madu. Mau saya bantu cari pacar orang sini? Eh, Mbak Nara sudah punya pacar belum?” Akbar sudah orang yang super aktif bicara mirip emak-emak.
“Sudah ada, Pak.” Naraya jadi geli mendengar rentetan ocehan Akbar.
“Sayang sekali, padahal saya ada saudara yang masih single. Dia ganteng, lho.”
“Tapi belum tentu mau sama saya,” balas Naraya masih membias senyum geli. “Oh ya, Pak, mengenai penemuan mayat di Gunung Lawu. Apakah yang menerima laporan pertama, Pos Polisi Sarangan?” Naraya segera menghentikan percakapan tidak efektif sebelum terlalu panjang.