Sang Pemangsa di Gunung Lawu: Sebuah ritual untuk mendapat berkah, uang, kekuasaan atau hanya seorang psikopat yang bersenang-senang.
Uang memang segalanya, akan tetapi dengan ketiadaan uang apakah membunuh bisa menjadi satu alasan yang sah untuk mendapatkan benda bertuah itu.
Bila memang penemuan mayat wanita tanpa busana, tanpa identitas yang terjadi di Gunung Lawu dan terjadi berturut-turut mulai tahun 2017 mempunyai motif ingin memiliki kekayaan sungguh sangat disayangkan. Adakah benar ritual persembahan mayat bisa mendapatkan sesuatu yang fana?
Apakah kemudian, orang-orang yang mendatangi Dukun Usep menjadi kaya? Yang ada mereka malah kehilangan nyawa. Menjadi korban gelap mata karena sejumlah nominal uang yang menjadi prasyarat dari Dukun Usep waktu itu.
Ataukah telah tumbuh satu predator yang melakukan pembunuhan atas dasar rasa senang. Puas seperti setelah menghisap kokain atau heroin? Seperti Babeh alias Robot Gedek yang telah membunuh 41 anak-anak jalanan demi kepuasaan seksual.
Lalu bagaimana dengan perasaan korban, apalagi keluarga korban yang telah ditinggalkan dengan cara mengenaskan?
Adalah:
*Gadis
Korban pertama Sang Pemangsa di Gunung Lawu ini meninggal ketika berumur 22 tahun. Masa kuliah yang seharusnya indah bertabur pertemanan dan cinta harus berakhir oleh predator yang haus darah.
Gadis yang mempunyai tinggi 153 sentimeter dengan berat badan kurang lebih 43 kilogram ini dikabarkan menghilang pada tanggal 15 November 2017 tepat lima hari sebelum ulang tahunnya. Sepulang kuliah di Yogyakarta, tidak ada seorang pun yang tahu ke mana dia melangkah pergi.
Orang tua di Salatiga yang berusaha menghubungi anaknya merasa cemas, karena selama tiga hari ponsel putrinya tidak bisa dihubungi. Saat menyusul ke kos Gadis, teman-teman satu kos mengatakan bahwa Gadis sudah tiga hari tidak pulang. Mereka hanya mengira kalau wanita berkulit sawo matang dengan wajah bulat itu sedang pulang kampung.
Kenyataannya, pada tanggal 30 November 2017, seorang pendaki menemukan jenazahnya yang berbalut lakban terbujur kaku di sumur Jalatunda Gunung Lawu.
Gadis semasa hidupnya memang dikenal sebagai sosok pendiam. Salah satu teman dekatnya mengatakan bahwa Gadis mempunyai masalah dengan studinya. Nilai IPK-nya yang rendah dan tuntutan dari orang tua agar dia mendapatkan nilai sempurna sering membuat Gadis berkeluh kesah. Lagipula, sejatinya gadis itu tidak ingin berkuliah di Keperawatan, namun orang tua memaksanya masuk ke sana.
*Greysa
Gadis dengan sorot mata lembut sangat cocok bersanding dengan wajah ovalnya menjadi korban kedua keganasan sang predator yang membuang mayatnya di Gunung Lawu. Greysa saat itu telah bekerja sebagai kasir salah satu toko modern yang memiliki banyak cabang.