Sang Pemangsa di Gunung Lawu

Xie Nur
Chapter #49

Artikel #2

Sang Pemangsa di Gunung Lawu II

Seorang Pemangsa Yang Memberikan Tumbal Untuk Kembalinya Adik Tercinta

  Sungguh sesuatu yang mustahil dan di luar nalar. Penulis menganggap dia hanya seorang psikopat yang mengaku waras. Tidak merasa bersalah telah melakukan tindakan berdosa.

Secara ilmiah perilaku tersangka pembunuhan enam gadis yang dibuang di Gunung Lawu, termasuk dalam klasifikasi psikopat primer. Seperti yang dicetuskan oleh Dr. Hervey M. Cleckley yang membaginya menjadi empat jenis psikopat; psikopat primer, psikopat sekunder, psikopat impulsif, dan psikopat karismatik.

Adalah seorang Gagat. Laki-laki berumur 31 tahun. Laki-laki dengan penampilan kasual dengan tatapan mata yang lembut. Sangat jauh dari kesan nyalang atau garang. Apalagi laki-laki tersebut tergabung dalam tim resquer Basarnas yang bisa dipastikan memiliki jiwa sosial tinggi. Terlalu berbeda dari profil psikopat yang sering tertandai sebagai seorang yang anti sosial. Ini cukup mengherankan. Entah bila ada pengecualian terhadap watak seseorang tersebut.

Gagat seorang yang cerdas. Terbukti saat SMA dia pernah mengikuti olimpiade matematika dan mendapat juara ketiga. Selain itu berkat kecerdasannya dia dapat lolos tes CPNS yang diselenggarakan oleh Basarnas secara murni. Kecerdasannya itu tentu tidak dia sia-siakan begitu saja. Kecerdasan tersebut menumbuhkan topeng tipu daya yang bisa mengelabuhi mangsa. Dengan tenang, dan bermuka muram dia mengevakuasi jenazah hasil kejahatannya.

Sebagaimana disebutkan bahwa seorang dengan ciri psikopat primer sangat pandai menyembunyikan emosinya. Seperti memiliki banyak topeng yang setiap saat dapat dia ganti tergantung suasana sekitar. Mereka sangat cerdas dan memiliki karisma yang menawan dan mencengangkan. Mereka akan tampak sebagai orang yang paling berani, tidak pernah merasa takut pada apapun.

Gagat lahir pada tanggal 15 November 1991. Terlahir dari pasangan suami istri yang tidak diketahui, karena sejak umur lima tahun dia dan adiknya yang baru berumur setahun telah dibuang oleh orangtuanya di pinggir jalan.

Kebetulan jalan tersebut dekat sebuah panti asuhan yang ada di Ngaliyan Semarang. Seorang perawat panti yang menemukan mereka lalu menampung dua anak malang tersebut.

Gagat dan adiknya lalu menghabiskan masa kanak-kanak hingga remaja di panti asuhan. Dia diketahui sangat menyayangi adiknya dengan tidak membiarkan orang lain mengadopsi sang adik yang terlahir pada tanggal 20 November 1995.

Awalnya Gagat sangat menutup diri. Namun, kemudian perlahan berkat ketelatenan perawat panti, Gagat mulai membuka diri, mulai menemukan teman dari yang semula hanya berkutat dengan adiknya. Bahkan tanda-tanda posesif telah tergambar jelas dari seorang Gagat kecil. Dia bahkan bilang, kalau dia dan adiknya tidak butuh ibu pengganti. Mungkin secara tidak sadar sebentuk trauma telah menguasai jiwa Gagat.

Waktu terus berjalan. Gagat lulus SMA. Dan karena tidak mungkin kuliah, Gagat memilih ikut tes CPNS yang sesuai dengan kualifikasi pendidikannya sebagai tim penyelamat. Para ibu pengasuh panti jelas gembira mendapat kabar kalau salah satu anak asuhnya berhasil lolos tes yang tergolong susah.

Sebelum pindah ke Surakarta karena memang tempat dinasnya di sana, Gagat sempat berjanji pada adiknya akan segera menjemputnya ke rumah baru. Rumah yang akan dia beli dengan uang hasil jerihnya. Akan tetapi, sesuatu di luar dugaan terjadi.

Baru saja Gendis pindah sekolah baru. Dia yang tertarik dengan kegiatan ekstrakurikuler pecinta alam, meminta ijin pada Gagat mendaki Gunung Lawu bersama teman-temannya. Tragedi pun terjadi.

Rombongan Gendis tiba-tiba menghilang, seorang ditemukan dalam keadaan hipotermia akut di sekitar sumur Jalatunda. Tiga orang lain jenazahnya ditemukan jauh di pantai selatan. Sementara itu jenazah Gendis tidak ditemukan, hanya meninggalkan sepasang bola mata yang kemudian diidentifikasi sebagai milik gadis malang itu.

Peristiwa tersebut pada akhirnya hanya menjadi misteri. Pihak masing-masing keluarga memilih menutup kasus, meski hasil visum ditemukan adanya tanda kekerasaan benda tajam pada dua korban dan satu korban meninggal akibat serangan benda tumpul tepat di belakang kepala. Satu orang yang masih hidup, ketika ditanyai menyatakan tidak mengingat apapun tentang peristiwa yang terjadi sebelum dia ditemukan.

Lihat selengkapnya