Sang Pembangkang

Deianeira
Chapter #3

Darimana Datangnya Tekad?

Mozel sudah beranjak dewasa. Dengan mengenakan kemeja putih dan celana hitam, Mozel berlari ingin segera tiba di rumah.

Setibanya di halaman rumah, dia berteriak memanggil ibunya, "Ibu! Ibu!"

Saat itu ibunya sedang berbicara di telepon.

"Iya, Bu," kata Harim di telepon, "Kalo boleh saya mau pinjam lagi 10 juta dollar untuk biaya kuliah anak saya, Bu."

Mozel mendengar dari balik tembok kamar ibunya.

"Oh, ndak bisa ya, Bu," kata Harim kecewa.

Mozel merasa sedih atas apa yang menimpa keluarga mereka.

"Oh ya sudah, Bu, ndak apa-apa," tambah Harim mencoba tegar, "Makasih."

Harim merasa sedih dan hampir menangis. Bagaimana caranya dia bisa mendapatkan uang untuk mendaftarkan anaknya masuk universitas, pikirnya.

"Ibu," panggil Mozel yang tiba-tiba muncul di dalam kamar.

"Mozel," seru ibunya sambil mengusap pipinya yang basah, "Sejak kapan kamu di situ?"

"Ibu ngapain pinjam uang lagi?" tanya Mozel kesal.

"Ibu ndak punya uang buat daftar kuliah kamu, Nak," jawab Harim terus terang sambil berkaca-kaca.

"Ibu ndak perlu khawatir tentang kuliah Mozel, Bu," jelas Mozel, "Karena Mozel lolos penerimaan kepolisian tingkat daerah."

"APAA?!" Harim terkejut, "Kepolisian?" tanyanya lagi, "Kamu ingin jadi polisi seperti ayahmu?"

Sebelum Mozel sempat menjawab, Harim berseru, "Nggak! Ibu nggak setuju kamu jadi polisi!"

Mozel mendekati Ibunya sambil memengang tangannya, "Ibu, Mozel tahu Ibu tidak akan mengijinkan Mozel untuk jadi polisi karena apa yang menimpa ayah dan keluarga kita," jelas Mozel, "Tapi Mozel ingin membuktikan kata-kata Ibu waktu itu," lanjutnya, " Mozel ingin membuktikan bahwa Ayah tidak bersalah."

"Tapi Ibu nggak mau terjadi sesuatu padamu, Nak," sahut Harim, "Ibu takut membayangkan apa yang terjadi pada ayahmu, terjadi juga padamu," seru Harim sambil menutup kedua matanya.

"Ibu, Mozel tidak pernah meminta apapun pada Ibu, bahkan Mozel tidak meminta Ibu untuk mengganti sepeda Mozel yang Ibu bakar," jelasnya, "Tapi tolong kali ini saja, tolong restui Mozel, Bu, dengan restu Ibu, Mozel akan kuat dan baik-baik saja," serunya sambil mencium tangan ibunya.

Hati Harim mulai luluh dengan membelai rambut Mozel selepas tangannya dicium dengan lembut. "Ibu akan mencoba memikirkannya."

Mozel tersenyum.

"Tapi kapan mau mendaftar? Kenapa ibu tidak mengetahuinya?"

Mozel tersenyum lagi, "Jadi, Mozel diam-diam mendaftar tanpa sepengetahuan Ibu," lanjutnya, "Mozel diam-diam meminjam uang Ibu seratus ribu dollar untuk kebutuhan pendaftaran."

"Oh, pantas saja, Ibu merasa uang Ibu hilang, rupanya kamu yang mengambil," sambil menjewer telinga Mozel dengan keras.

Lihat selengkapnya