“Sang Pembawa Bencana” itulah sebutan yang diberikan untuk orang-orang yang terlahir dengan tanda khusus di punggung tangannya, seiring dengan kelahirannya maka takdir yang kelam sudah ditetapkan untuknya. Alfoir sebuah kerajaan besar lagi digdaya namun sudah di gerogoti oleh penguasa-penguasa yang sudah terhasut oleh godaan dunia dan meninggalkan amanah yang di berikan kepadanya. Tidak sedikit rakyat yang ditindas tanpa seorangpun yang sanggup melawan, bahkan sang raja yang dulunya terkenal sangat bijaksana malah menutup mata dengan apa yang terjadi. Sekarang sosok pahlawan sangat dibutuhkan negeri ini.
Hiruk pikuk di tengah pusat kerajaan, dimana transaksi jual beli terjadi dan kerumunan orang saling berdesak-desakan agar segera sampai ke tempat tujuan mereka. Sebagian dari mereka tidak segan-segan mendorong dengan tenaga yang cukup kuat sehingga membuat beberapa orang disana kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Di tengah keramaian tersebut terlihat sosok seorang pemuda yang cukup tampan dengan jubah putih dan sabilah pedang di sisi kanannya. Jubah putih dengan motif matahari tepat dibagian punggungnya yang membuat siapapun disekitarnya langsung memberi jarak. Menilik dari pakaiannya dapat dipastikan bahwa ia adalah salah seorang pengawal kerajaan. Dan melihat dari tatapan orang disekitar padanya bisa dipastikan dia bukanlah pengawal biasa.
Pemuda tersebut mendatangi salah seorang pedagang dan menatap lekat kearahnya. Sontak saja pedagang tersebut jadi salah tingkah dan tetesan keringat mulai mengalir dengan deras dari tubuhnya. Bahkan pedagang dengan tubuh kekar seperti itu bisa ketakutan dibuatnya. Padahal jika dibandingkan, tubuh pemuda tersebut bahkan tergolong kurus untuk ukuran seorang prajurit yang selalu berlatih setiap harinya. Namun mengesampingkan ukuran tubuh, pemuda ini mempunyai aura yang dahsyat. Aura yang dapat mengintimidasi lawannya.
“Dimana Barangnya?” ujar pemuda tersebut dengan nada dingin.
“Ba,barang apa tuan? Disini saya hanya menjual buah tuan”
“Dimana Barangnya?”
Jawaban pedagang tersebut hanya dianggap angin lalu oleh pemuda tersebut dan dia kembali mengulang pertanyaan yang sama. Kali ini bukannya menjawab, pedagang tersebut malah langsung menarik pedangnya dan menebaskannya tepat ke kepala pemuda tersebut.
“Traaaaang”
Batok kepala pemuda itu yang harusnya sudah terbelah dan muncratan darah harusnya juga sudah memenuhi tempat tersebut karena bacokan tersebut langsung mengenai kepalanya. Namun sungguh aneh, jangankan tergores malahan pedang si pedagang yang menjadi patah dua. Senyum sinis tergambar dengan jelas di wajah pemuda tersebut dan kejap berikutnya dia mengarahkan telapak tangannya ke arah si pedagang seraya bergumam.
“Kau pantas untuk mati!!!”
Satu detik…
Dua detik…
Hingga detik kelima masih belum ada yang terjadi, dan tampak senyum mengejek muncul dari pedagang. Namun detik berikutnya, tubuh pedagang tersebut tiba-tiba terkikis. Kulitnya beterbangan seolah disayat oleh jutaan pisau kasat mata. Hanya beberapa detik suara erangan keras yang dapat diteriakkan nya, karena kejap berikutnya yang tersisa dari tubuhnya hanya lah genangan darahnya dan tubuhnya telah hancur menjadi kepingan-kepingan kecil. Kejadian tersebut sontak membuat orang-orang yang ada disekitar bergidik ngeri namun tak ada yang berani berkomentar karena mereka tahu konsekuansi yang akan mereka dapatkan.
“Tuan Arf” Ujar seorang pria dengan pakaian yang sama dengan pemuda yang bernama Arf tersebut.
“Periksa peti nya dan berikan barangnya padaku” Ujar Arf tanpa menoleh kepada orang yang memanggilnya.
Pengawal tersebut langsung memeriksa peti yang ditunjuk dan membawa sebuah bola Kristal sebesar genggaman tangan kearah Arf.
“Kristal Sihir Api” ujarnya.
“Kelihatannya dugaan tuan benar, pedagang tersebut adalah mata-mata dari kejaraan Dextris”
“Jadi ledakan yang kemarin juga perbuatan mereka?” Gumam Arf.
Kerajaan Dextris merupakan kerajaan besar setingkat Alfoir yang terkenal dengan pembuatan Kristal Sihir nya. Dan seperti yang dikatakan Arf, beberapa waktu yang lalu di kerajaan Alfoir terjadi ledakan besar di kediaman salah seorang menteri kerajaan yang menewaskan sang menteri beserta puluhan pekerjanya. Pelakunya sudah ditangkap dan di interogasi, dan dari pengakuannya disebutkan bahwa kerajan Dextris lah yang berada dibalik semuanya. Dahulu kedua kerajaan ini memiliki hubungan diplomasi yang baik, namun dengan semakin maraknya isu sabotase yang berkembang perlahan tapi pasti kedua kerajaan besar ini malah menjadi musuh.
Di tengah kerumunan orang yang menyaksikan kejadian mengerikan yang menimpa pedagang terduga mata-mata kerajaan tetangga, tampak seorang pemuda dengan rambut acak-acakan namun tetap menunjukkan karisma di wajahnya yang tergolong tampan tengah mengamati dengan seksama. Dia adalah Rex, seorang pemuda yang dibesarkan di hutan “keramat” kerajaan Alfoir yang bahkan tidak pernah dijamah oleh pihak kerajaan dikarenkan dihuni oleh hewan-hewan buas dan makhluk astral yang menyerang manusia.
Semenjak kemunculan Arf di pasar tersebut, Rex sudah bersiap-siap akan terjadinya sesuatu yang mengerikan. Instingnya merasakan aura membunuh yang luar biasa dari Arf. Dan dugaannya sangat tepat, karena tak lama berselang pedagang tersebut sudah meregang nyawa dengan kondisi yang mengerikan. Sebenarnya Rex tadi berniat untuk menolong pedagang tersebut, namun dia membatalkan niat nya karena merasakan gelagat yang tidak baik dari pedagang itu. Tiba-tiba angin berhembus dan menyingkap sedikit jubah yang dikenakan oleh Arf dan betapa terkejutnya Rex saat melihat tanda “Sang Pembawa Bencana” elemen angin di tangan Rex. Kini semuanya menjadi jelas, kenapa Arf dapat mengaktifkan mantra dengan cepat dan kenapa sihir yang digunakan nya berbeda dengan sihir angin pada umumnya.
“Ketemu……” Gumam Rex.
Kejap berikutnya tanpa diduga-duga, Rex sudah menerjang ke arah Arf dengan kecepatan yang sulit diikuti mata biasa. Namun tentu saja serangan tersebut dapat ditangkis dengan mudah oleh Arf karena dia juga bukanlah orang biasa dan bahkan menjadi salah satu “Sang Pembawa Bencana” yang kekuatannya sangat ditakuti di negeri tersebut.
“Baaaaaaammm”
Hantaman kaki Rex yang tepat mengarah ke kepalanya dapat ditangkis nya dengan mudah menggunakan kedua tangan nya. Namun walaupun dapat menangkis nya, wajah nya tidak bisa menyembunyikan keterkejutan nya terhadap serangan Rex. Sihir pelindung yang dipakai nya bahkan dibuat retak dan tanah tempatnya berpijak juga ikut dibuat retak seketika oleh sebuah tendangan tanpa menggunakan sihir sedikitpun.
Melihat serangan Rex yang tiba-tiba, orang-orang yang ada disana langsung berlarian. Dan kini tempat tersebut seolah menjadi arena duel untuk kedua orang tersebut. Lalu kemana perginya penjaga yang bersama Arf tadi? Ternyata saat melepaskan tendangan ke arah Arf, Rex secara bersamaan melemparkan beberapa jarum bius karah penjaga tersebut dan membuatnya pingsan.
“Kau Teman nya?” Tanya Arf dingin.
“Kau pelaku nya?” Bukan nya menjawab Rex malah memberikan pertanyaan balasan yang tentu saja membuat Arf mengernyitkan dahi.
Dibalas dengan pertanyaan lain, Arf langsung menghantamkan mantra kelas menengah kearah Rex.
“Angin Hitam”
“Ssshhhhhhhhhhh”
Deruan sinar kehitaman bergerak menuju Rex dengan kecepatan tinggi.
Namun dengan lincah nya Rex membuang tubuhnya ke samping dan langsung menderu menuju Arf. Kali ini serangan nya bukanlah serangan kosong, sebuah mantra sudah diaktfkan oleh Rex. Mantra itu sendiri seolah muncul dengan sendirinya di kepala pemuda tampan tersebut seolah instingnya berkata untuk mengeluarkan mantra itu.