Mata Rex perlahan mulai terbuka, pandangannya yang masih kabur melihat dengan liar kearah sekitar memastikan dimana dia berada sekarang. Sebuah tempat yang sama sekali asing baginya, tempat yang sama sekali berbeda dengan tempat dimana dia bertarung dan jatuh pingsan yang ada di ingatannya disaat-saat terakhir.
“Dimana aku?” Pikirnya.
Dengan cepat dia mencoba untuk bangkit, namun niatnya diurungkannya dikarenakan rasa sakit yang dirasakan dipunggungnya.
“Ehhhh? Apa-apaan ini?” Ujar Rex setengah berteriak saat melihat perban yang menyelimuti tubuhnya. Dia langsung membuang pandangannya kesekitar sekali lagi untuk memastikan siapa yang merawat lukanya. Namun tidak ditemukan seorangpun disana, bahkan kemampuan insting milik Rex yang dapat memastikan seseorang yang bersemubunyi cukup jauh pun tidak dapat merasakan satupun tanda kehidupan disana.
“Mencariku?”
Tiba-tiba muncul sesosok suara disebelah kanan Rex dan tentu saja membuatnya kaget bukan kepalang dan langsung memasang kuda-kuda bertarung. Entah kenapa, dikarenakan insting bertahan hidup miliknya, rasa sakit dipunggungnya seolah tidak ada lagi. Seakan-akan sirna seketika.
“Haha, tidak usah takut”
Kini sosok suara misterius tersebut menunjukkan wujud aslinya.
Seorang wanita berambut panjang dengan pakaian seperti pakaian kuno yang cukup unik yang membuat siapapun yang melihatnya akan langsung berkesimpulan bahwa wanita tersebut bukan berasal dari kerajaan Alfoir.
“Si,siapa kau?”Tanya Rex.
Rasa terkejutnya masih belum hilang dikarenakan kemunculan wanit tersebut layaknya sesosok hantu tanpa hawa keberadaan. Bahkan setelah kemunculan wanita tersebut didepan nya, Rex masih belum bisa merasakan hawa keberadaannya. Hawa keberadaannya bukan tipis, namun lebih tepat jika disebut tidak ada sama sekali, seolah wanita tersebut hanyalah wujud dari suatu ketiadaan.
“Sang pembawa bencana sekarang semakin merajalela…” Dia berhenti sejenak dan menarik nafas panjang yang membuat Rex keheranan tak habis pikir.
Wanita tersebut seolah sedang dilanda masalah berat. Kalaupun masalah berat, menurut Rex masalahnya tidak akan kalah berat dengan apa yang ia hadapi karena dia baru saja dihajar habis-habisan dan Marry dibawa oleh orang yang menghajar dan membuatnya terkapar.
“Kekuatan disalahgunakan, darah ditumpahkan, Kehancuran didapatkakan. Sudah saatnya ‘Sang Pembawa bencana’ dilenyapkan dan mereka dihadapkan pada pengadilan langit”.
“A,apa maksudnmu?” Tanya Rex. Jujur dia heran dengan sikap wanita tersebut yang secara gamblang mengatakan “Sang pembawa Bencana” harus segera dilenyapkan.
“Namun jika mereka dilenyapkan maka keseimbangan dunia ini akan terganggu…..”
“Jadi?”
“Aku menunjukmu untuk penjadi pengadil mereka didunia” ujar wanita tersebut.
“Pengadil mereka didunia?” Pikir Rex, perkataan wanita tersebut secara tidak langsung seolah mengatakan bahwa mereka sedang tidak berada didunia saat itu.
“Haha, jangan bercanda, kau seolah berkata kau bukanlah makhluk dunia ini” Tawa Rex ditengah keheranannya dengan situasi yang dialaminya sekarang.
Bukannya menjawab, wanita tersebut malah mengibaskan tangannya dan seketika semuanya berubah gelap gulita, namun anehnya tubuh mereka berdua memancarkan cahaya…
“Si,sihir?” Gumam Rex, dia mencoba memastikan sihir apa yang dipakai, tangannya meraba-raba kesekitar memastikan perabotan rumah yang tadi dilihatnya. Namun tidak ada apa-apa, semuanya kosong dan bahkan tidak ada satu suarapun yang didengarnya bahkan setelah Rex mengerahkan kemampuan pendengarannya pada titik tertinggi.
“Aku adalah kehampaan”
Kali ini terdengar suara wanita tersebut namun anehnya mulut wnita tersebut masih tertutup rapat.
“Dan kau adalah ‘Yang Terpilih’”
“Alam semesta ini sudah memilihmu untuk menjadi ‘pengadil’ bagi semua ‘Sang Pembawa Bencana’ yang ada dan aku akan menganugerahimu kekuatan untuk menjalani tugasmu itu”.
Setelah berkata demikian, kegelapan tersebut sirna digantikan oleh cahaya yang terang benderang yang memancarkan hawa kehangatan.
“Haaaaahh?”
Tiba-tiba saja semuanya berganti menjadi pemandangan langit biru dimana ia pingsan sebelumnya.Sepertinya ia masih terbaring ditempat tersebut dikarenakan pingsan sebelumnya. Dan samar terlihat cahaya membentuk simbol timbangan libra ditangannya, namun kejap berikutnya cahaya tersebut kembali hilang.
Sekarang Rex secara resmi diangkat sebagai sang pengadil oleh seorang wanita yang mengaku sebagai “kehampaan”.
Setelah tersadar dari lamunanya, Rex langsung memeriksa bagian tubuhnya yang terluka dan sungguh ajaib semua lukanya didapati sudah sembuh seketika. Rex yang merasakan keanehan pada tubuhnya, dimana dia merasakan tenaga yang membara dari sekujur tubuhnya. Dia yang sebelumnya sama sekali tidak bisa menggunakan sihir seakan merasakan gejolak kekuatan yang menggebu-gebu yang mampu melepaskan sihir tingkat tinggi sekalipun.
Seolah disambar petir disiang bolong, tubuh Rex langsung tersentak seketika saat dia kembali mengingat sesuatu yang sangat penting.
“Marry” Ujarnya.
Kejap berikutnya dia langsung mengerahkan semua kecepatannya, dan kali ini keterpanaannya semakin bertambah saat didapatinya kecepatannya bahkan bertambah hingga tiga kali lipat dari kecepatannya yang biasa.
Sementara itu ditempat lain yang cukup jauh dari lokasi Rex, tampak Arf bersama beberapa pengaal kerajaan tengah melakukan penyelidikan sehubungan kasus ledakan di tempat salah seorang menteri kerajaan. Dan ditengah penyelidikan tersebut mereka secara tidak sengaja bertemu dengan perampok yang menghajar Rex habis-habisan yang tengah membopong Marry yang dibuatnya pingsan. Sebagai salah seorang kesatria kerajaan, Arf langsung menghentikan lari perampok tersebut. Namun bukannya berhenti, Arf malah dihadiahi seberkas tendangan langsung mengarah kewajahnya. Gelar kesatria kerajaan tentu bukan pepesan kosong belaka jika hanya menghadapi tendangan begitu Arf dapat dilumpuhkan. Dengan sigap dia menghadang tendangan tersebut menggunakan tangan kirinya yang sudah diselimuti mantra olehnya.
“Braaaakkkkkkk”
Kontan, kaki perampok tersebut hancur seketika diiringi pekikan menyayat yang keluar dari mulutnya. Seketika tubuh Marry terlempar ketanah, namun dengan sihir angin yang dimilikinya Arf berhasil membuat tubuh Marry melayang dengan ringan sebelum akhirnya menyentuh tanah. Kejap berikutnya Arf langsung menyongsong kearah perampok tersebut dengan sebuah mantra telah terapal ditangannya.
“Baaaaammmm” Kali ini perampok tersebut harus pasrah tubuhnya dihantam serangan mengerikan milik Arf. Bagaimanapun kekuatannya sudah terkuras habis saat bertarung melawan Rex dan bahkan mantra terbatas waktu yang menjadi pamungkasnya pun sudah digunakannya saat berhadapan dengan Rex. Seketika itu tubuhnya hancur berkeping-keping menyisakan seoongok kepala yang masih tetap utuh.
“Bawa kepalanya, kita akan menyelidiki identitasnya di kerajaan” Perintah Arf yang diikuti dengan sikap menjura beberapa pengawal kerajaan yang secepat mungkin mengeluarkan kantong dan memasukkan kepala tersebut.
“Tu,tuan Arf tangannya masih tersisa” ujar salah satu pengawal.
Tentu saja hal tersebut membuat Arf terkejut, karena serangan tersebut sudah dipastikannya akan menghancurkan seluruh anggota tubuh lawan selain kepalanya. Namun keterkejutan Arf lenyap seketika saat dia melihat simbol di tangan tersebut.
“Sungguh kekuatan yang luar biasa” gumamnya.
Walapun anggota tubuh yang lain hancur, namun simbol tersebut masih utuh dan melindungi anggota tubuh disekitarnya seolah hendak menunjukkan eksistensi kekuatannya. Jika saja kekuatan perampok tersebut masih belum terkuras habis, maka bisa dipastikan dia akan bisa memapaki serangan Arf, namun apalah daya takdir berkata lain. Dan sekarang dia merasakan pembalasan terhadap semua perbuatannya dimasa lampau.
“Bawa juga tangannya” perintah Arf.
Arf berniat membawa tangan tersebut untuk diselidiki, karena dia mencurigai keterlibatan perampok tersebut dengan tindakan terror yang belakangan ini membabi-buta dilancarkan kepada pembesar-pembesar kerajaan. Seolah indikasi pemberontakan akan segera di lancarkan. Dan disinilah tugasnya dan loyalitasnya sebagai salah seorang kesatria kerajaan dibutuhkan. Sebuah isu yang didengarnya dari para pelaku kejahatan, yaitu “Pemberontakan para Pembawa Bencana” dan tentu saja isu ini sangat ditanggapi secara serius oleh pihak kerajaan. Karena apabila puluhan pembawa bencana bekerja sama sekaligus, maka bukan tidak mungkin kerajaan tersebut dapat ditumbangkan. Disamping itu beredar juga isu bahwa keterlibatan kerajaan tetangga dalam perencanaan pemberontakan tersebut, bahkan juga membantu menyediakan alat-alat sihir untuk perang bagi para anggota pemberontak serta mengirimkan mata-mata mereka ke kerajaan Alfoir.
***