Ditempat lain, di sebuah kastil yang sudah amat tua dan tak terurus. Tampak tumbuhan-tumbuhan liar tumbuh dengan tinggi sekali mengelilingi kastil tersebut. Tak ketinggalan tumbuhan rambat liar yang merambat di dinding kastil ditemani oleh lumut-lumut yang menggerogoti hampir seluruh dinding kastil. Penampakan kastil yang seram dan tak terawat membuat siapapun yang melewati nya enggan untuk berhenti. Ditambah lagi dengan banyaknya rumor yang beredar tentang hantu pemakan manusia yang tinggal di kastil tersebut.
Mengesampingkan rumor tersebut, ternyata kastil itu ditinggali oleh beberapa orang. Atau lebih tepatnya dijadikan tempat pertemuan oleh beberapa orang. Melihat dari gerak-geriknya yang mencurigakan, bisa dipastikan bahwa orang-orang tersebut memiliki niat yang tidak baik. Wajah-wajah sangar haus darah tergambar dengan jelas di wajah mereka. Jumlah orang yang berkumpul disana ada lima orang. Hampir keseluruhan dari orang-orang tersebut sudah cukup berumur, cuma satu orang diantara mereka yang memiliki perawakan muda. Seorang pemuda berumur sekitar dua puluh tiga tahun.
“Slezviel bangsat!!! Kemana perginya bajingan itu?” Salah seorang diantara mereka membuka pembicaraan.
“Dia sudah mengkhianati kita Razax!!” jawab salah seorang yang bernama Darte diantara mereka.
“Bangsat!!! Keparat!!” Cercanya
“Bukankah tidak apa-apa tuan Razax?” Tanya yang paling muda diantara mereka bertindak sok sopan walaupun status mereka sama.
“Dia memiliki rahasia kita!! Dan sekarang dia pergi begitu saja!” Hardik Razax.
Kelihatannya diantara kelima orang tersebut Razax lah yang paling temperamen dan tak bisa berpikir jernih. Sementara dua orang lainnya yang memiliki wajah serupa, mereka dikenal sebagai ‘Kesatria Kembar’. Sebenarnya gelar kesatria tidak pantas di sandang oleh mereka mengingat sepak terjang nya yang kejam dan tak kenal ampun. Namun karena sering menyebut dirinya dengan istilah tersebut orang-orang pun mulai memanggil nya begitu. Kedua orang tersebut hanya diam mendengarkan celotehan Razax yang makin berapi-api.
“Tenanglah tuan Razax” Haze sebagai orang yang paling muda diantara mereka masih berusaha menengkan Razax. Namun karena sudah sangat kalap dan Razax memandang Haze sebagai orang yang lebih rendah kedudukannya darinya, Razax melemparkan botol anggur yang ada didepannya kewajah Haze.
“Praaaaanggggg”
Seketika botol tersebut pecah setelah menghantam kepala Haze diikuti dengan darah yang mengalir dari kepalanya.
“Diaaam kau bocah!!” Hardik Razax diikuti tawa mengejek dari rekan-reknnya yang lain.
“Kami mengundang mu kesini karena ingin tahu apa yang direncanakan Slezviel sialan itu!! Bukankah kau tangan kanannya?” hardik Razax.
“Benar tuan” jawab Haze dengan nada masih dibuat hormat walaupun hasrat di dadanya sudah tak tertahan lagi untuk mencincang tua Bangka tersebut.
“Nah sekarang katakana….”
“Jleeeebbb” Sebuah belati ditancapkan oleh Razax ke tangan kanan Haze, yang diikuti muncratan darah dari luka tersebut.
Tidak ada rasa sakit sedikitpun diperlihatkan Haze, dia bahkan mampu berkata dengan biasa tanpa suara rintihan sedikitpun.
“Tuan Slezviel Cuma mengatakan bahwa dia menunjuk saya sebagai pengganti nya tuan”
Kesal dengan jawaban Haze, Razax pun menghantamkan sebuah sebuah besi besar ke kepala Haze yang membuat darah segar bercucuran seketika. Melihat tindakan Razax itu, ketiga temannya bukan melerai malah kelihatan menikmati dan tertawa-tawa kecil seperti mendapatkan hiburan yang menarik.
“Kemana dia pergi?”
“Tidak tahu tuan”
“Jleeeb”
Kali ini sebilah belati diarahkan ke tangan kiri Haze dan darah segar pun kembali mengucur.
“Biar aku yang lanjutkan Razax” ujar Darte.
Kali ini dia menggenggam rambut Haze dan menghantamkan nya ke lantai.
“Braaaaaaaakkk”
Seketika lantai tersebut berlubang diikuti dengan tubuh Haze yang sudah kaku.
“Heiii, kenapa kau membunuh nya!!!?”
“Kita masih bisa mencari Slezviel sialan itu tanpa informasi darinya” ujar Darte menyeringai melihat tubuh Haze yang bersimbah darah.
“Siapa yang mati?” terdengar suara Haze yang menimpali perkataan Darte barusan. Seringaian Darte seketika lenyap setelah mendapati Haze bangkit kembali dengan senyuman sinis diarahkan padanya.
“Apakah segini kemampuan mu?” Ejek Haze yang seluruh tubuhnya diselimuti darah.
Kesal karena ejekan Haze, Darte langsung melabrak kearahnya dan melancarkan pukulan disertai sihir penghancur miliknya.
“Blaaasssh” Pukulan disertai sinar kemerahan milik Darte dipapaki dengan mudahnya oleh Haze dan kejap berikutnya Haze menerjang kearahnya.
“Heeeaaa”
“Jleeeebb”
Secepat kilat tangan Haze sudah menembus dada Darte .
“Jraaaaassshhh”
Sedetik kemudian Haze menarik tangannya dengan Jantung darte digenggamannya. Tubuh Darte mematung seketika dengan mata terbelalak. Bahkan untuk berteriak sebelum kematiannya pun dia tak sanggup karena salah satu organ terpenting tubuhnya sudah ditarik keluar dari sarangnya.
“Brruuuukkk”
Tubuh Darte ambruk diikuti dengan genangan darah segar mengucur dengan derasnya dari dadanya yang sudah bolong itu. Seolah tak mau membuang waktu, Haze langsung meluncur kearah ‘Kesatria Kembar’. Tak butuh waktu lama baginya, kedua lengan, kaki dan kepala pendekar tersebut sudah terpisah dari badannya.
Melihat keadaan rekan-rekannya, Razax yang tadinya terlihat bengis dan begtu berkuasa tampak ketakuan. Keringat dingin mengalir dengan deras dari tubuhnya memikirkan kematian tragis yang akan segera menghampirinya.
“Aku akan bersenang-senang denganmu sedikit” Ujar Haze sambal menyeringai.
“Tidak… ampun… apa yang kau inginkan?”
“Uang? Aku akan membayarmu!!! Jika kau ingin wanita aku akan memberikannya!!!” teriak Razax sembari memohon-mohon.
“Aku… Menginginkan……”
“Ya? Apapun akan kuberikan” ujar Razax seolah mendapatkan angin segar dari pernyatan Haze barusan.
“Darahmu!!!” Teriak Haze dengan muka menahan hasrat untuk mencabik-cabik tubuh Razax. Terlihat mengerikan memang, dan tanpa ada sedikitpun rasa kasihan tergambar diwajahnya.
“Braaakkk”
Satu persatu jari tangan Razax dipatahkan oleh Haze, bergantian jari tangan kanan dan kirinya. Puas dengan mematahkan jari-jari tersebut dia lalu menendang Razax hingga terpental ke dinding dan dengan cepat disusulnya.
“Jraassss” Kali ini dia mematahkan kedua lengan dan kaki Razax membuat pria tua tersebut hanya bisa merintih dan memohon belas kasihan. Namun hasrat membunuh dan menyiksa didalam diri Haze sudah mencapai puncaknya.
Kini dia memegang kepala Razax yang sudah tak sanggup berkata apa-apa lagi selain mengeluarkan rintihan demi rintihan.
“Dewa Api berikan kekuatanmu” ujar Haze, seketika itu simbol api sang pembawa bencana ditangan kanan Haze bersinar diikuti cahaya merah terang di tangannya.
Kejap berikutnya tubuh Razax terpanggang hebat, tampak beberapa detik sebelum kematiannya, Razax masih sempat meronta-ronta. Namun tak berselang lama tubuhnya terdiam terkapar dilahap oleh sang jago merah.
Hanya butuh waktu beberapa detik, kastil tersebut sudah menjadi abu terbakar oleh api yang dikeluarkan oleh Haze. Sungguh panas yang luar biasa sehingga sanggup menghancurkan bangunan tersebut dalam waktu singkat, dan ditengah-tengah abu tersebut berdiri Haze tanpa luka bakar sedikitpun.
“Kalian sudah tidak dibutuhkan” Gumamnya pelan seraya melangkah meninggalkan tempat pembantaian tersebut.
Sepertinya setelah beberapa tahun ini rencana makar yang akan dilakukan Slezviel sudah rampung dengan semua persiapan telah selesai dan kini waktu eksekusi hampir tiba.
Sementara itu istana kerajaan Alfoir, lima orang pemuda yang salah seorang diantaranya adalah Arf tengah membungkuk memberi hormat kepada sang raja.
“Sang Dewa sudah tiada,Tuan bukan sembarang tuan”
“Aku adalah sang Junjungan”
“Wahai para kesatriaku, Penggal lah mereka yang menantangku, bunuhlah mereka yang ingin membunuhku, hancurkan mereka yang ingin menghancurkan kekuasaanku”
Sang Raja berhenti sejenak, sepertinya faktor umur sudah sangat mempengaruhi hidupnya. Pria tua tersebut menarik nafas sebentar sebelum melanjutkan titahnya.
“Wahai Kesatria Panca, laksanakan perintahku dengan segenap jiwa dan ragamu”
“Siap yang Mulia Raja Manusia Raja Para Dewa” Ujar kelima orang tersebut secara serempak tanpa mengurangi kesan hormat dan tunduk dari suara mereka.
Dan saat itu juga pasukan khusus kerajaan Aloir yang disebut Kesatria Panca resmi dibentuk. Dan misi pertama mereka adalah menggagalkan pemberontakan terhadap kerajaan Alfroir.
Kelima anggota Kesatria Panca tersebut adalah,
Arf, “Si Pembawa Bencana Elemen Angin”.
Raffy, “Si Pembawa Bencana Elemen Api”. Memiliki tatapan membara seolah menggambarkan elemen yang dimilikinya. Selain itu dia terlihat sangat tidak sabaran, hal tersebut dapat dilihat saat dia membungkuk dihadapan Raja. Seringkali kegelisahan tampak dari raut mukanya, seolah diam mematung tanpa melakukan apapun bisa membuatnya gila.
Bardian, “Si Pembawa Bencana Elemen Petir”. Bertubuh jangkung dan merupakan yang paling tinggi diantara keempat rekannya. Hidungnya yang runcing dan mata sipitnya yang menatap tajam seolah mengisyaratkan kelicikan yang ada di kepalanya.
Zarov,” Si Pembawa Bencana Elemen Air”. Tampak tenang seolah kedamaian akan muncul jika terus bersamanya, namun penilaian tersebut amat sangat salah karena dia memiliki sisi liar dan ganas yang bisa bangkit kapan saja. Apabila sisi liarnya muncul maka hasrat membunuhnya akan membuladak dan mencincang siapapun yang ditemuinya tanpa pandang bulu. Pernah suatu ketika dia mengamuk dan untunglah Arf dapat menenangkannya walaupun dengan jalan kekerasan. Dan semenjak kejadian tersebut Zarov sangat menghormati Arf dan melakukan apapun yang diperintahkan olehnya.
Dan yang terakhir , Lazide,” Si Pembawa Bencana Tanpa Elemen”. Anggota paling aneh dari pasukan tersebut. Seorang pria tanpa ekspresi yang menjadi Pembawa Bencana yang paling langka, karena berdasarkan catatan sejarah yang ada Si Pembawa Bencana Tanpa Elemen cuma ditemukan seratus tahun yang lalu.
Diantara mereka berlima Arf lah yang paling tua yaitu 22 tahun dan sisanya masih berumur 19 tahun, melihat dari ketenangan dan kematangan berikir Arf saat menghadapi masalah ditambah dengan usianya yang paling tua maka sang Raja memutuskan untuk mengangkat Arf sebagai pemimpin Kesatria Panca.
Setelah menerima titah dari Raja, kelima orang terebut langsung keluar dari istana. Tak lupa mereka mengenakan ikat kepala khusus yang diberikan ole hang Raja, yang mana mereka diberikan beberapa hak istimewa oleh pihak kerajaan.
Pertama, Para Kesatria Panca di izinkan untuk membunuh siapapun tanpa memerlukan perintah dari Raja.
Kedua, Siapapun tidak boleh memungut uang dari para Kesatria Panca sedangkan mereka bebas mengambil apapun yang mereka mau dari rakyat kerajaan tersebut.
Kedua hak khusus terebut diberikan oleh Raja untuk mendukung Kesatria Panca dalam menjalankan tugasnya.
Di lain tempat Rex tampak tengah berjalan dengan santainya, pikirannya sekarang tengah di penuhi oleh satu hal yaitu “Apa yang akan kulakukan?”.
“Hhhhh…..Aku Cuma diberi tugas sebagai pengadil apakah aku harus membunuh semua pembawa bencana yang ada?”
“Haha, mana mungkin” tawanya menimpali pernyatannya sendiri.
“Aku tidak boleh membunuh mereka yang tidak bersalah, tidak semua Pembawa Bencana yang merupakan orang jahat dan tidak semua orang jahat adalah pembawa bencana” gumamnya.
Memang, sampai sekarang Rex masih agak rancu dengan tugas yang diembannya dan bagaimana dia melakukan tugasnya. Namun karena tak mau pusing terlalu lama, Rex hanya menyerahkan semuanya pada tuntunan tuhan kemana kakinya harus melangkah.
“Toloooooooooong!!!” terdengar teriakan minta tolong dari seorang wanita.
Walaupun terdengar samar karena jarak yang cukup jauh, namun telinga Rex menangkap dengan jelas suara minta tolong tersebut.
“Dari arah utara” gumamnya.
“Shiiiiiiinnkk” seketika tubuh Rex menghilang menyisakan debu tanah yang berterbangan disana. Dia langsung menggunakan sihir praktis miliknya yaitu sihir Teleportasi.
Dalam sekejap Rex sudah sampai di tempat kejadian, dan menapakkan kakinya dengan ringan di atas dahan sebuah pohon yang amat rimbun untuk mengamati terlebih dahulu apa yang sebenarnya terjadi. Di bawah terlihat tiga orang pria berbadan kekar tanpa mengunakan atasan sehelaipun. Otot-otot dibadannya yang dipamerkan dengan sengaja sanggup membuat ciut nyali orang-orang yang berhadapan dengannya. Ditambah lagi bekas-bekas luka sayatan diseluruh tubuh mereka yang kemungkinan besar mereka dapatkan dalam pertarungan dimasa lalu.
“Wahahaha…… mulus sekali bang” ujar salah seorang diantara mereka.
Melihat dari gelagat ketiga orang tersebut ditambah senyum-senyum mesum yang tergambar diwajahnya siapapun pasti tahu bahwa ketiga pria kekar tersebut hendak melakukan hal yang tidak bermoral terhadap wanita cantik yang terbujur lemah dan tengah ketakutan karena dikepung ketiga pria tersebut. Sebenarnya Rex hendak langsung menolong wanita itu namun diurungkannya, karena dia merasakan sesuatu dari diri wanita tersebut.
“Dia bukanlah orang biasa” gumam Rex. Berdasarkan penilaian Rex, wanita tersebut bahkan bisa mengalahkan ketiga orang tersebut dengan mudah lalu kenapa dia pura-pura lemas dan ketakutan?
Rex bisa langsung tahu bahwa wanita tersebut tidak ketakutan sama sekali, hal tersebut dibuktikan dengan nafas wanita tersebut yang dibuat-buat seolah cemas dan hal tersebut amat sangat berbeda dengan nafas seseorang saat cemas pada umumnya. Dengan memanfaatkan kepekaan indranya terhadap lingkungan, maka Rex dapat memperoleh kesimpulan tersebut. Berpikir demikian, Rex memutuskan untuk melanjutan menonton drama tersebut dari tempat persembunyiannya.
“Srrraaaaaakkk” Baju wanita tersebut dirobek oleh salah seorang diantara orang yang mengepungnya. Hal tersebut langsung menampakkan kulit putih mulus miliknya dan sekarang tinggal satu atasan lagi yang melindungi area pribadi milik wanita tersebut.
Dan bukannya membalas atau memberontak, wanita tersebut masih terbujur lemas walaupun atasannya sudah dirobek oleh salah seorang pria kekar tersebut. Kini Rex mulai ragu dengan kesimpulannya, wanita macam apa yang rela berpura-pura sampai pakaiannya dirobek dan masih terbujur lemas seolah meminta seseorang melakukan tindakan asusila terhadapnya.
“Wahahaha…. Kelihatannya dia juga mau bang”
“Hajar bang, abang kami persilakan untuk melakukan pembukaan” timpal yang satunya lagi.
“Hahahaha…. Sudah lama aku tidak dapat yang begini”
Pria yang dipanggil abang oleh kedua temannya mendekat kearah wanita tersebut, kali ini dia hendak melepaskan perlindungan terakhir atasan wanita tersebut.