Sang Penari

Blue Sky
Chapter #8

Ketulusan

Paginya, semua keadaan kembali seperti sedia kala, Khaira dan Rangga tak kembali membicarakan masalah perceraian. Keduanya sama-sama sepakat untuk memulai ulang bahtera rumah tangganya dan mengesampingkan apa yang dikatakan orang lain, bahkan mengesampingkan apa yang dikatakan oleh ibu Khaira sendiri.

Bagi Khaira tak masalah jika dia menjadi tulang punggung, sedangkan Rangga yang ada di rumah, terlebih karena kondisi suaminya yang tak memungkinkan. Jikalau pun Rangga dapat melakukan aktivitasnya secara normal. Khaira akan tetap bekerja, apalagi dalam bidang yang dia sukai. Bagi wanita itu, bukan soal laki-laki yang harus bekerja dan perempuan yang harus berada di dapur, tetapi karena apa yang mereka inginkan, termasuk cinta Khaira, dunia tari.

Seperti kali ini, wanita berusia 20 tahunan lebih itu sudah berada di area ballroom milik Gavin. Dia di sana bernama Aera, putri semata wayang Gavin.

Sejak beberapa saat lalu, Khaira sudah mengajari Area menari. Seperti pada hari pertama, Khaira dipukau oleh setiap gerakan gadis kecil itu. Bagaimana tidak? Setiap inci tarian gadis kecil itu begitu tepat dengan setiap denting musik yang mengalun di ruangan tersebut.

“Kamu benar-benar hebat, Aera. Tetapi alangkah baiknya, ketika kamu memutar tubuhmu, sesekali kamu angkat kakimu, seperti ini,” ujar Khaira kemudian dia menunjukan Aera dalam memberi improvisasi dalam perputaran tarinya.

Khaira memutar tubuhnya dengan luwes, sesekali dia mengangkat kakinya, bersamaan dengan itu dia juga merentangkan tangannya membentuk sudut 180 derajat juga 90 derajat. Wanita itu dengan telaten dan penuh kehati-hatian menunjukannya kepada Aera, agar Aera dapat menangkap tariannya.

“Bagaimana? Apakah kamu paham?” tanya Khaira setelah seraya menghentikan tariannya.

“Aera paham, Bu. Aera akan mencobanya,” ujar gadis kecil itu.

Aera kemudian melangkahkan kakinya sedikit ke tengah area ballroom. Kemudian dia mulai memutar tubuhnya seperti yang dilakukan oleh Khaira, sesekali dia juga mengangkat kakinya. Tangannya juga sesekali merentang meraup udara di sekitarnya.

“Aera bisa, Bu!” pekiknya dengan riang di sela-sela melakukan gerakan berputarnya.

Khaira yang mendengar hal itu pun melukis senyum di bibir ranumnya, ada kebahagiaan dan ada kehangatan yang menyapa hatinya. Apalagi dilihatnya, Aera yang begitu bahagia ketika bisa melakukan gerakan memutar tersebut.

“Akh…” pekik Aera kesakitan ketika dia tak sengaja keseleo.

Lihat selengkapnya