Sang Pendengar

Sergio Purba
Chapter #4

#4 Kesalahan

"mengapa kau mau membantuku ,tuan?"

"Tidak ada alasan khusus hanya saja aku tak bisa melihatmu terpuruk dalam duka dan kesedihan"

Steven mengelus lembut kepala Kirana

"Pergilah selagi masih ada waktu ,mungkin saja besok tidak ada waktu lagi....untuk ...." Steven tak melanjutkan kata-katanya ,ia memilih tersenyum pada Kirana

Kirana mengangguk dan berniat memegang tangan Steven,tapi tangan itu menembus begitu saja.

"Oh maaf tuan aku lupa anda adalah malaikat" Steven hanya diam saja ,ia tak mau menyebutkan kalau ia adalah seorang penghakim dan juga berupa roh tidak seperti malaikat anggota mempunyai raga sendiri

Kirana menggenggam bangau kertas itu dan mulai membayangkan kenangan 3 tahun lalu,saat mereka berada di sebuah taman bersama keluarganya ditemani oleh semilir angin dan kicauan burung merdu , perlahan-lahan kamar Kirana berubah menjadi gelap sepenuhnya ,bangau kertas itu terbang dari tangan Kirana mengitari ruangan 2 kali membentuk lingkaran magis dan dalam sekejap mata ruangan menjadi terang sekali ,Kirana merasakannya ,walau sudah menutup mata cahaya seperti masih menembus kelopak matanya ,badannya seperti tersedot ke dalam pusaran

"Tuan...?" Gumamnya ketakutan

"Rileks saja ini hal yang wajar " Steven memegang bahu Kirana

Lama-lama Kirana merasakan cahaya itu makin redup,tangannya terasa digelutinya oleh semilir angin ,ia membuka mata dan menemukan dirinya duduk di sebuah bangku taman.

Menatap sekelilingnya ia sadar ini taman dalam kenangannya.Dedaunan yang berserakan di sepanjang trotoar, kicauan burung merdu ,dan senyuman hangat pengunjung saat beradu pandang. Ia melihat tubuhnya ,ini tubuhnya saat berusia 9 tahun,rambut hitamnya juga masih ada dan panjang.ia menatap pakaiannya ,baju putih dan celana jeans anak kecil lengkap dengan sepatu pink favoritnya,bando telinga kelinci.Kirana mengusap air matanya yang mengalir

'aku telah kembali ke masa lalu'Kirana ingat dulu ia duduk di bangku yang agak basah,ia berdiri seketika dan mendapati celananya mulai lembab.Ditatapnya sekeliling

'mana ayah dan ibu?' Ia berpikir sejenak

'oh iya aku ingat,akukan berlari duluan dan duduk Disini'

Kirana juga ingat,ia menyimpan remah-remah roti dari mobil untuk memberi makan burung-burung merpati.Secepat kilat ia berlari ke arah air mancur yang berada di tengah-tengah taman,tapi sebuah tangan menahan laju badannya yang kecil.Ia menoleh dan mendapati neneknya sedang tersenyum

"Jangan lari-lari nanti ana jatuh"

Ana,itu adalah nama panggilan khusus kakek dan neneknya.tapi di kenangannya, nenek tidak ada apalagi....

"Ana ,kau tambah cantik ya "

Suara berat dan hangat itu,Kirana ingat itu suara kakek,tapi bukankah di ingatannya tak ada mereka berdua ,apa yang terjadi?

Lihat selengkapnya