Inginnya aku berteriak di malam ini, namun naluriku melarang. Inginnya aku berlari sejauh mungkin, tetapi kakiku terhenti oleh tangis. Kasih untuk apa ingkari. Kau kasihku kau cinta pertamaku, seandainya gelap malam dapat berbicara ia akan menceritakan semuanya padamu rasa sakit itu, Berulang ulang kali kubaca surat birumu, surat yang memutuskan cinta yang masih utuh dan memilih dia untuk pendamping hidupmu...!
Saat Tasya meluruskan kakinya air laut memercik dan membasahi tubuhnya yang hanya dilapisi Kaos tipis itu, tapi ia tak memperdulikannya .Pandangan Tasya lurus ke depan memandang hamparan lautl luas yang diwarnal desiran ombak dan membelok bibir pantai serta percikannya kembali membasah kaosnya. Tapi sedikit pun Tasya tidak bergeser dari tempatnya meskipun angin semakin kencang, ombak sernakin besar. Tasya mengadahkan kepalanya ke atas langit ketika Ia Mendengar pelikan bercemercah "ahhh " desahnya gundah
'Tuhan bukankah camar itu akan mencari tempat terpijaknya bila ia telah terbang dan berteriak di langit Sedangkan aku tetap begini merenungi nasib, bersedih, menangis dan kadang batinku juga menjerit Aku mulai lelahTuhan , tapi dendang duka itu tak mau meninggalkanku' gumam Tasya Getir dan pandangannya kembali menatap hamparan laut biru.
'Sampal kapan kan terus begini Tasya, bukankah semua yang kau lakukan ini hanya akan menambah beban batinm?, dua tahun waktu yang cukup panjang dan sudah cukup lama kurasa untuk melupakan masa lalu. Jangan biarkan luka itu semakin dalam Tasya'. Ujar sebuah suara bertubi-tubi tapi Tasya tidak bergeming ia tetap hanyut olehlamunannya. Sementara air laut dan angin kencang mulai membuat tubuh Tasya menggigil. Namun tidak sedingin hatinya yang hampir membeku sejak Rio pergi Ya ia telah pergi satu tahun menjalin kasih dengan lo prin Idaman Tasya Pria yang sangat memperhatiannya tapi
hanya satu tahun Rio pun meninggalkan segalanya a. Semua karera Aprita, wanita yang ternyata sudah ditunangkan dengan Rio sejak kecil,Semua terungkap ketika malam tahun baru Rio membawa Tasya keluarmalam ke rumahnya. Makan malam itu memang sangat berkesan, orangtua Rio menyambut Tasya dengan ramah apalagi mamanya
Keesokan harinya Rio datang ke rumah Tasya dengan wajah kuyul, Rio mengatakan semuanya dengan suara parau.
"Mama bilang kami sudah diikat sejak Annita lahir Sa, kalau kau tolak kami akan malu besar terlebih mama ,karena mamalah yang meminta Aprita untukku kau mau mengertikan sayang?"
" Mengerti katamu lalu siapa yang akan mengerti hatiku yang hancur Rio, siapa ?"Air mata Tasya mulai mengalir dan tiga hari setelah kedatangan Fio Tasya menerima surat dari Ria yang isinya membuat Tasya merasa dunia berputar dan hampir kiamat. Rio benar benar memutuskan hubungan kasih mereka. Rio
memilih Aprita dan ikut orang tua Aprita Ke Paris Sekarang hampir duatahun tetah beralu tapi belum mampu melupakan kenangan itu apalagi mengubur masa lalu
Lamunan Tasya buyar ketika dirasakannya ada sentuhan lembut dipundaknya dan Tasya dapat merasakan sepesang tangan yang kokoh itu begitu hati-hati menyelimut tubuhnya dan membimbingnya bangkit lalu perlahan memutar tubuhnya menghada pada wajah di empunya tangan. Tasya menatap wajah depannya lekat-lekat. "
"Untuk apa menyusulku ke sini kak Boy, aku bisa pulang sendiri ke Vila" ujar Tasya dengan Suara perlahan
Mendengar perkataan itu Boy kakal sepupu Tasya langsung melotot,
" untuk apa tanyamu ?kalau aku kesini satu jam lagi tubuhmu sudah beku Kau Lagaknya bisa pulang sendiri" jawab Boy berang Melihat Boy seperti itu
Tasya tersenyum. Boy yang ganteng tubuhnya yang tinggi besar itu jadi lucu di mata Tasya bila marah
Melihat seny Tasya yang manis hati Boy jadi luruh ,dipeluknya tubuh mungil Tasya
" Dengar ya Sa aku menyayangimu lebih dari siapapun kau tahu kan?"Lalu ditariknya Tasya menjauh dari pantai diajaknya Tasya duduk di tempat yang kering
" Maat ya Sa, boleh aku ulang ucapanku ?ya mungkin kau juga sudah bosan mendengarnya dan kau juga sudah hafal "Tasya mengigit bibirnya sendiri .
"Biarlah yang berlalu
semakin jauh kau lepaskan, Ukirlah cerita baru di atas cerita lama yang telah Usang, jangan buat luka lamamu tetap berdarah kenanglah yang indah-indah maka hidupmu pasti penuh wangi bunga" Gumam Tasya
sebelum Boy Sempat berucap Mendengar semua itu Boy langsung memeluk pundak Tasya penuh kasih sayang.