Tiba-tiba Boy menarik kuping Tasya, spontan Tasya menjerit kesakitan. "
Kalau tidak tahu arti mengurangi berarti kau oon" teriak Boy di kuping Tasya. Tangan Tasyacepat beraksi untuk kembali menarik kuping Boy. Tapi iakalah cepat Boy sudah lari mengelilingi ruang tamu. Akutahu artinya tapi kok Boy jahat. Awas tunggu di sana,
Tasya mengecup pipi mama Boy. "Sasa janji tante, Sasa akan lebih ceria lagi" Dikecupnya sekali lagi pipi Mama Boy dan secepat kilat tubuhnya melesat mengejar Boy, keduanya saling mengejar. mama Boy menggeleng-gelengkan kepala melihat semua itu Boy lari ke luar Vila menuju kepantai.
Pantai sudah sepi karena hari sudah malam cuma beberapapasang muda-mudi yang ada di sana, keduanya terus bekejaran sampai akhimya Tasya mulai merasa lelah.
" Kak Boy, sudah dong aku capek" teriak Tasya lemah Boy mengangkat bahu dan menghampiri Tasya.
"Ayo, kita duduk" ajaknya, Tasya masih terengah-engah, melihat itu Boy jadi kasihan. " Maaf ya Sa "
ditariknya pelan tangan Tasya.
"Hidup ini aneh dan tidak mudah bagi kita memahaminya ya kak" Lirih suara Tasya terdengar di telinga Boy dan nafas Tasya yang memburu masih terdengar.
"Iya sa, hidup ini sulit kita tebak. Satu sisi orang berlebihan sementara di sisi lain kekurangan. Kita harus terus belajar apa yang diinginkan tidak selalu kita dapatkan" Tasya memejamkan mata dan menyandarkan kepalanya di pundak Boy. Hari-hari berlalu Tasya yang kembali ceria saat bersama keluarga Boy dan kebahagian itu bertambah dengan hadirnya Papa Boy.
Kini ia kembali sendirian. Tasya memulai tugas rutinnya, baik di rumah maupun ke kampus setelah cuti hampir tiga minggu. Namun di sela-sela melewati malam berganti pagi ada yang bergelut di hati Tasya. Keinginan untuk memusnahkan semua benda yang mengingatkannya pada Rio, keinginan yang kadang disertai keraguan bahkan ada rasa sedih bila terlintas di saat-saat manis bersama Rio awal jumpa mereka dan bagaimana gigihnya Rio mengejarnya, melakukan berbagai cara untuk menarik perhatian Tasya.
Rio lebih tua beberapa tahun dari usia Tasya, papa Rio pengusaha tekstil yang cukup sukses dan sangat dikenal di kalangan pengusaha-pengusaha dan disamping memiliki usaha itu mama Rio juga berbisnis,boleh dikatakan Rio adalah keluarga yang cukup berada. Tapi semua itu tidak membuat Rio menjadi si anak mama. Meskipun dia anak tunggal ,pribadi Rio yang sangat menarik itulah membuat Tasya jatuh hati padanya. Dan dibalik semua itu Rio juga anak yang tau membalas budi dan kasih orang tuanya. Terbukti Rio memiliki Aprita meninggalkan Tasya, meninggalkan wanita yang sangat ia cintai. Tasya tau Rio sangat mencintainya, yang Tasya tidak mengerti mengapa Rio hanya meninggalkan surat. Mungkin Rio nggak sampai hati kalau melihat wajahku sambil ngomong kita putus Sa, gila kali ya. Siapa sih yang tega mutusin lu, jadi dia pakai surat
Tasya teringat rombongan Tia teman sekampusnya
" Ya Sa, Rio pasti tertekan tapi sulit menolak Udah dek, lagian masih banyak kali yang antri jadi doimu"ucap Yusni memberi semangat
"Cinta pertama memang sulit dilupain Sa, itu biasa kok, semua orang pasti mengalami masalah ini. Hanya saja cara putusnya ya beda-beda sih, udah deh kalau lu pikiran si oncom itu terus-terus entar lu ubanan Tasya! Wong cakep-cakep kok ubanan, idih geli deh. Gua Tasya berubah jadi nenek-nenek gara-gara Rio yang bloon itu"canda Windi si Ratu kocak.
teman-teman Tasya memang banyak yang prihatin padanya, tapi apapun yang mereka lakukan, Tasya hanya mampu memberi senyum bahkan sampai sekarang sebelum Tasya ke Anyer. Kini Tasya mencoba menata hari-harinya yang hilang selama hampir 2 tahun menyusun keping-keping keceriaan yang dulu berserakan mengumpulkan sisa-sisa reruntuhan di hatinya.