Sang Pengganti Hujan

Rain
Chapter #1

#Bab 1: Sang Pengganti Hujan

Brukkkk...

Kubantingkan buku-buku yang sedari tadi kupegangi tanpa lepas dari genggaman.

"Huft.., rasanya lebih indah jika dia pergi saja!" Gerutuku kesal.

Aku Rasya, anak kelas 3 IPA 1 yang terkenal dengan sebutan si Ketua Osis cuek, dingin dan gak terlalu suka senyum. Aku sekolah di SMA NEGERI yang cukup terkenal di kota Bekasi. Aku bukan termasuk orang yang memiliki sahabat yang banyak. Tidak pernah terpikir bagiku harus memiliki banyak teman toh aku masih mampu sendiri. Terlihat egois tapi itulah aku tak peduli dengan siapapun. Sahabat satu-satunya yang kumiliki adalah 'Dian'. Gadis yang memiliki banyak sifat. Kadang berubah-ubah seperti Iguana.

Entah begitu berat jika aku harus bertemu dengan sosok seperti 'Dia'. Rasanya lebih baik aku bertemu seekor soang yang mengejarku karna aku memakai pakaian berwarna merah. Cukup menyebalkan bertemu dengan dia.

Aku terduduk diam di dalam kamarku. Terselibat bayangan masa lalu yang melintas di memoriku. Tentang seseorang. Seseorang yang sekarang sedang berdekatan dengan orang yang amat membuatku kesal. Teringat dulu kali pertamanya aku mengenal 'Dia'.

***

Saat itu aku masih duduk di kelas menunggu waktu pulang tiba. Kuhiraukan segala perkataan dari guruku karna tingkat penangkapan dan daya mataku tinggal 5 watt. Amat kantuk. Akhirnya bell berbunyi kuangsutkan tasku dan berjalan keluar setelah doa di bacakan. Rasanya ingin cepat sampai kostan dan tidur dengan nyenyak. Ku lirik jarum jam di tanganku, tepat menunjukkan jam 02 siang. Pikiranku melayang pasti panas dan gerah di angkot, huft!

Tiba-tiba langkahku berhenti. Konsentrasiku hilang, kepalaku rasanya pusing mendadak badanku gemetar, aku tumbang. Tak terasa tubuhku yang kecil terdorong ke belakang amat sakit rasanya bokongku saat terjatuh. Nampaknya aku menubruk tubuh yang cukup kekar dan tinggi.

"Aduuuhh...!! Sakit banget! Nubruk apaan sih? sakit amat perasaan." Gerutuku mendongakkan pandangan ke atas. Sosok bertubuh kekar berdiri tanpa goyah sedikitpun, laki-laki muda yang tampan.

"Maaf, sungguh saya tidak sengaja. Tadi saya terlalu fokus dengan layar handphone saya tanpa memperhatikan jalan. Saya benar-benar minta maaf." Sesalnya sembari membantuku bangun.

"Yaah.., mau diapakan lagi sudah terlanjur sakit. Mungkin karna aku terburu-buru jadi tidak memperhatikan langkahku. Sudahlah lupakan saja, tidak terlalu penting juga. Aku mau cepat-cepat pulang dulu ya, sudah siang." Ujarku cuek tak peduli dengan sosok yang berada di depanku.

"Eits.., sebagai permohonan maaf. Saya akan bertanggung jawab mengantarmu pulang ke rumah. Saya khawatir terjadi sesuatu karna sepertinya kamu terlihat agak kurang baik setelah kejadian barusan. Takut nanti kamu pingsan atau apa gitu ?! memang sepele sih, tapi hal sepele itu bisa jadi penyebab yang bahaya. Bagaimana, boleh?" Katanya mencoba menahanku.

"Haduuh.., gak gitu juga kali Pa, eh Mas, ups maksudnya Kak. Ahh, siapalah aku tidak tahu harus memanggil apa? Yang jelas aku baik-baik saja. Jadi, tidak perlu repot-repot!" Tukasku menolak.

"No. Saya tetap akan mengantarmu pulang. Sebelumnya mohon maaf jika saya lancang." Tanpa basa basi ia langsung menarikku menuju tempat parkir mobil dan menuju mobil berwarna biru merek ford. Pegangannya begitu kuat. Kali pertamanya aku dipegang laki-laki. Selama ini aku selalu menutup diri dari laki-laki karna tidak mau mengenal kata cinta. Terlalu menyakitkan katanya.

Diapun membawaku dengan mobilnya. Terpaksa aku menunjukkan jalan menuju kostanku. Yaah mungkin kuanggap lumayan saja, bisa mengirit ongkos dan waktu. Selama di dalam mobil sepanjang perjalanan. Tak sadar aku memperhatikannya. Meliriknya dengan penasaran. Dia begitu hangat dalam berbicara sangat bersahabat. Dia berusaha mengajakku berbincang-bincang mencoba menghangatkan suasana. Namun aku tetaplah aku, dengan cuek aku tanggapi beberapa saja pertanyaan yang dilontarkanya dengan lembut. Tak sadar pikiranku berkomentar tentang dia. Amat cerah dan bening wajahnya, sangat tampan. Tubuhnya proporsional, tegap bahkan ketika duduk dan menyetir pun ia tetap gagah. Kekar namun terawat.

'Huft.., kenapa jadi mengomentari dia? Gak jelas!'

Lihat selengkapnya