Sang Penipu & Pembohong

Hairo Amarini
Chapter #2

Di Perbatasan Antar Kerajaan

Kisah kemenangan Kerajaan Al-Bulan dimulai di pagi hari, tepatnya delapan jam—waktu yang dianjurkan dokter untuk tidur—sebelum terangnya bulan digantikan oleh sang surya yang meyambut Kerajaan Deus dengan kokokan ayam dan do'a-do'a para pertapa yang menandakan awalnya hari. Anak-anak bangun dan segera menuju ke sekolah, beberapa bekerja di bawah para ahli, entah itu membuat senjata atau patung-patung Maximillian, dewa yang melindungi Deus. 

Dua jam setelahnya, kuda-kuda mulai bernapas dalam, menggiring kereta-kereta berisi daging taurin dari Cisshot, susu kambing khas dataran tinggi Rugat yang diyakini bisa membuat anak-anak kuat layaknya orang-orang Rugat, berotot dan juga tahan dingin ekstrem, tak lupa dengan batu-batu permata Gaul yang mayoritas sebesar jari manis, beberapa sebesar jari telunjuk. Terakhir adalah ikan-ikan fingua dari Al-Bulan, yang diakui sebagai makanan khas dan mahal di Deus. 

Semua barang-barang itu masuk dari berbagai tempat, entah itu jalur laut, melalui pelabuhan yang berada di bagian barat atau darat dengan kuda-kuda, keledai-keledai, alpaca-alpaca, dan unta-unta yang masuk melalui timur Deus, melewati gerbang-gerbang masif, sebuah refleksi kemegahan Deus, sebuah refleksi betapa kondisi telah berubah setelah kepergian Raja Setan.

Di salah satu pasar yang tak begitu jauh dari pusat salah satu kota di Deus, dekat dengan gerbang, ibu-ibu yang mempersiapkan untuk masakan, dan mereka yang berdagang dari penjuru Reol bertemu, tentunya dengan barang-barang dagangannya masing-masing. Berdekatan namun tak sampai terdempet, orang-orang memenuhi pasar yang setiap harinya buka dari pagi hingga sore layaknya pasar-pasar lain di

"Mari! Mari! daging taurin dari Cisshot! Anda ingin kuat?? Anda ingin suami anda perkasa!? Daging taurin dari Cisshot!" tawar pedagang Cisshot dengan rambut-rambutnya yang terkepang dan panjang, lengkap dengan kertas-kertas bertuliskan doa-doa yang mereka percayai akan mendatangkan pembeli.

"Susu kambing Rugat, susu kambing Rugat, membuat anak anda kuat, susu kambing Rugat," ucap seorang saudagar Rugat dengan nada yang tak sekeras pedagang Cisshot, tapi, ada seorang lain yang membantunya berjualan, seseorang yang berotot, perkasa, yang berkata, "aku minum susu kambing Rugat, dan beginilah aku," sembari mengeraskan badannya, menunjukkan segala otot-otot yang dimilikinya. Cara yang pintar menurutku.

Membawa barang bukti langsung saat berjualan, cara yang efektif tentunya. Saking efektifnya, para pembeli langsung berbondong-bondong mengantre demi susu yang akan membuat anak-anak dan suami-suami mereka kuat seperti pria itu.

Jelas, pedagang Cisshot tak bahagia melihat ini, tak seorang ingin membeli barang dagangannya, sedangkan di sana, pedagang Rugat bersusah payah untuk mengontrol para pembeli yang takut kehabisan, singkat cerita, ia segera memutar otaknya, "Daging Cisshot! Beli satu dapat satu!" teriaknya.

Seketika, banyak orang, namun tak semua yang pasrah karena susu kambing Rugat sudah habis berpindah haluan untuk membeli daging Cisshot, tentunya mereka semua berpikir mereka akan mendapat lebih dengan harga sama, sebuah taktik bagus yang diciptakan oleh pedagang Cisshot.Yang dari tak seorang pun yang membeli barangnya, ia segera dibanjiri oleh pembeli baru, sayangnya ini membuat penjual daging has dari Gaul, yang terkenal dengan dagingnya yang berkualitas tinggi dan empuk, kehilangan sedikit pedagang, namun ia tahu bahwa mereka hanya akan membeli beberapa dan akan kembali untuk membeli dagingnya, lagipula, hanya orang-orang kelas atas yang biasa membeli daging dari Gaul layaknya para penjelajah berhenti sejenak untuk makan di tempat yang bernama Furukawa, tempat khas untuk mereka yang ingin mencicipi kelezatan khas Deus. Namun, tempat itu hanya ada di pusat kota, jauh dari tempat yang kita berada.

Pedagang batu dari Gaul pun tak kalah ramainya, rombongan orang datang untuk memilih batu-batu unik yang dijualnya, Berbagai macam motif, berbagai macam ukuran, semua untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan bagi mereka.

"Yang ini, ma!" seorang gadis teriak, memilih sebuah kalung dengan batu berbentuk huruf "n", warnanya kuning, cocok untuk rambutnya yang pirang.

Sang ibu, yang berambut coklat, melihatnya, "Bagus ya," responnya, dan menanyakan kepada sang pedagang yang juga berotot, mungkin semua orang dari Rugat memiliki figur layaknya prajurit kekar, "berapa ini harganya?"

Dua keping emas, jawab sang pedagang kekar.

"Dua keping??" teriak sang ibu heran, "masa iya dua keping sih?? Saya ke tempat lain saja harganya satu keping perak loh!"

"Harganya dua keping emas, bu, bila ibu tak suka, kalau gitu ibu bisa beli di tempat lain," sang pedagang melawan.

Sang ibu, berubah sedikit pucat, "Gimana kalau begini, saya ambil, harganya satu keping emas, begitu kan kita bisa sama, saya dapat barangnya, anda dapat satu keping emas."

"Mohon maaf, tapi harganya dua keping emas, saya tak memaksa untuk ibu membeli barang saya, bila memang ibu tak suka, ibu tinggal beli di toko sebelah."

"Tch," sindir sang ibu, "ayo nak, kita beli di toko sebelah aja, kemahalan yang jual di sini." Tangannya ditarik, mereka pun meninggalkan sang pedagang sendirian.

Tiba di toko sebelah, dengan barang yang sama, sang ibu bertanya, "Ini berapa harganya ya?" dengan sikap yang sudah berputar 180 derajat. Cukup kaget untuk sang ibu mendengar bahwa harga barang yang sama, di toko sebelah, adalah tiga keping emas, "Tiga keping emas???" teriaknya dengan nada yang jauh lebih tinggi.

"Memang harganya segitu, ibu. Batunya memang sedikit langka," alasan sang pedagang toko lain.

"Tch—kalau mahal begini siapa yang mau beli??" sindirnya dengan sinis.

Lihat selengkapnya