Raja Setan, raja yang dibenci, seorang tiran, dan orang yang bertanggung jawab atas tumpahnya darah anak-anak muda di tanah Reol. Baik itu laki-laki maupun perempuan, bilamana ia suka, maka nasibnya sudah ditentukan, baik itu mati di rubrum nocte, atau mati di dalam kamarnya, dua-duanya sama-sama bersimbah darah. Seperti yang orang katakan, sebuah rumor lain mengenai dirinya, bila Raja Setan menginginkan sesuatu, maka itu akan didapatkannya dalam kondisi apapun. Kepingan emas baik bersih maupun kotor, tanah subur gembur maupun kering hancur, dan satu lagi ialah manusia. Baik mati atau hidup. Itulah salah satu sifat dari Raja Setan, salah satu keburukannya yang mewabahi tanah Reol. Namun, di mana ada hitam, selalu ada putih yang siap menyeimbangkan, dan putih itu ialah Rex Maximillian, raja Deus yang berhasil menaklukkan Raja Setan.
Namun, teori itu ditolak oleh beberapa orang, salah satunya ialah Asterix, seorang pedagang Gaul yang berjualan batu berharga, yang mengaku ia pernah bertemu dengan salah satu dari pasukan elit Deus, namanya Rosanguis, "Mawar Darah."
"Ia itu adalah salah satu dari pasukan pilihan Rex Maximillian, dulunya tak bernama, namun menjadi Rosanguis waktu ia menjadi raja."
Waktu Rex Maximillian menjadi raja Deus, sehari setelah kematian Raja Setan.
Hari di mana ia dikalahkan oleh Rex Maximillian seorang, menurut orang-orang.
Hari di mana ia dikalahkan oleh seorang tentara Rosanguis, dengan bantuan Rex Maximillian, menurut Asterix.
"Tapi, bagaimana kakak bisa yakin kalau perempuan itu memang bagian dari lima orang yang kakak sebut itu? Bisa saja orang itu hanya seorang yang berpura-pura, dan menyebarkan berita bohong," tanya sang adik, Obelix, sembari mereka menyusuri jalan berbatu, mengarah ke rumah.
"Itu pertanyaan yang bagus, adikku Obelix, aku dahulu juga memiliki pertanyaan itu, bagaimana mungkin seorang gadis sakit berumur tak lebih dari dua belas tahun itu mengetahui hal seperti itu, aku juga percaya bahwa yang ia katakan waktu itu tak lebih dari dusta," jawab Asterix, sang kakak, dengan tegas, tangannya disatukan dan ditarik ke atas, menarik semua otot yang mulai lelah semenjak mereka keluar dari Tvrn, "tapi, di satu sisi aku juga merasakan suatu keanehan, lebih aneh dibandingkan kata-kata yang dikeluarkan olehnya."
Ketika aku bertemunya, ia sudah tak lagi bisa bergerak, lumpuh dari leher hingga kaki, aku sedih melihatnya seperti itu, apa salahnya seorang gadis muda seperti dia, tak ada satu kerutpun di mukanya, namun di satu sisi, lehernya itu penuh dengan luka-luka, jelas Asterix.
"Luka seperti apa itu, kak?" tanya Obelix sekali lagi, sembari berbelok ke kanan di perempatan.
"Luka perang, pastinya," Asterix membuka fakta, namun diikuti dengan keraguan,"kukira awalnya juga itu luka serangan binatang buas, goresannya itu mirip dengan cakar beruang," ia menggaris bagian depan lehernya dengan telunjuk, memberi gambaran di mana letak luka yang sedang dibicarakan, "tapi, aku terkejut ketika melihat itu."
Lukanya berasal dari goresan kapak, kapak yang hanya dimiliki oleh salah satu dari jenderal setan, ungkap Asterix.
"Kau ingat nama-nama mereka, Obelix? Ingatkah nama mereka semua?"
"Tak... Tak semuanya..." jawab Obelix ragu, "hanya beberapa yang kuhafal dan kutahu."
"Tapi kau tahu kan, jenderal setan mana yang menguasai Gaul dahulu kala?"
Obelix terdiam, matanya berubah dingin, seakan takut, pastinya terkejut, kenangan lama, luka lama yang kembali dibuka, "...Ya, aku ingat."
Jenderal setan penguasa Gaul, namanya Napoleon, sang penjagal pembawa kapak khusus.
Kapak bermata tiga, campuran dari gada dan kapak, dengan tiga sisi belati yang tajam.
Konon, belati itu cukup untuk membelah dua beruang di waktu yang bersamaan, bila ia sedang dikepung, sang penggunanya tinggal menunduk dan memukul bagian bawahnya ke tanah, dan belati itu akan menjorok keluar, memotong apapun yang berhadapan dengannya, termasuk dengan tiga beruang yang konon Napoleon lawan ketika ia tengah tersesat di hutan.
Jenderal setan penguasa Gaul, Napoleon.
"Berarti kau tahu kapak itu kan, adikku tersayang?"
"Ya," tegas Obelix.
Kapak penjagal, kapak bermata tiga, kapak yang memotong tiga beruang di saat yang sama.
Tricultro.
"Tiga belati".
"Jadi, kakak berkata bahwa luka itu berasal dari Tricultro sendiri, senjata sang penjagal, Napoleon?"
"Ya—adikku Obelix, luka itu berasal dari Tricultro itu sendiri, aku berani bersumpah dengan nyawaku, bahwa luka yang berada di lehernya itu berasal dari Tricultro," tegas sang kakak, tangannya dikepal dan dilemparkan ke udara lalu digenggam keras sekali lagi.
Bila memang, sang kakak itu berani bersumpah dengan nyawanya sebagai taruhan, tentunya itu hal yang amat seriusnya, tak mungkin, kakaknya yang kadang keras kepala ini mau menyerahkan nyawa sebegitu mudahnya demi rumor tak jelas, rumor yang harus dilihat oleh matanya sendiri.
Tapi.
Tapi, Obelix memiliki pemikirannya sendiri.
"Tapi, kak," putusnya, "kalau memang itu luka dari Tricultro, bukannya ia mati? Kudengar, siapapun yang terpotong, terluka, dan tersentuh oleh belatinya pasti akan menemui ajal sampai tak lama—memangnya kapan kakak menemuinya?"
"Jelas," jelas Asterix, "jelas aku bertemunya sebelum kamu ikut denganku ke Gaul, itu terjadi belum lama ini."
"Kapan itu terjadi...?"
Sekitar sebulan yang lalu, lebih tepat lagi kalau aku katakan setengah tahun lebih setelah Raja Setan dikalahkan.
Sebulan yang lalu.
Setengah tahun lebih setelah Deus didirikan.
Setengah tahun setelah tirani Raja Setan dimusnahkan.
Setengah tahun lamanya—sang gadis itu hidup dengan bekas luka di lehernya.
"Tapi—bagaimana itu bisa terjadi?" tanya Obelix, tak mungkin, seorang bisa hidup sebegitu lamanya setelah terhantam kapak Tricultro, dari cerita orang-orang, siapapun yang terkena olehnya akan langsung mati dalam hitungan hari, paling cepat di malam ia terserang, dan paling lama tiga hari setelah ia terserang.
"Entahlah—" Asterix mengangkat bahunya naik turun, "aku juga tak tahu bagaimana itu bisa terjadi. Aku juga penasaran sepertimu."
Tapi, bukankah itu artinya rumor itu hanya kebohongan?
Rumor.
Pertukaran kata-kata.
Kabar burung.
Informasi tak berbasis.
Hanya informasi yang ditebar tanpa sumber.
Atau.
Gadis ini.