Sang Penipu & Pembohong

Hairo Amarini
Chapter #11

Aksi Melati: Prolog

Melati.

Puspa raksi.

Puspa para permaisuri.

Bukanlah bunga yang ditabur di atas nisan orang lain.

Itu bukanlah melati.

Bukan pula Melati.

Melati mengetahui itu.


Melati.

Bukan mawar putih.

Bukanlah puspa berbelati.

Bukan pula puspa ajudan-ajudan sakti.

Bukan juga bunga yang melambangkan pengakuan perasaan hati.

Itu bukanlah melati.

Tapi itulah Melati.

Melati mengetahui itu.


Melati.

Puspa suci.

Puspa para putri.

Puspa yang lahir di tanah gembur yang suci.

Itulah melati.

Namun itu bukan Melati.

Melati mengetahui itu.


Melati.

Puspa berputik.

Bukan puspa para gadis tak berputik.

Bukan pula puspa tersimbah darah prajurit.

Itu adalah Melati.

Namun itu bukanlah melati.

Melati tak mengetahui itu.

Melati mengetahui itu.

Melati mengetahui.

Melati itu.

Melati.


Melati adalah namanya.

Wakil jenderal adalah pekerjaannya.

Berdiri di depan paduka adalah kondisinya.

Sedikit tersenyum, bibirnya.

“Sepuluh lawan tiga,” adalah tantangan dari sang pria berjenggot.

Padukanya itu menantang kembali dari atas kudanya, “Sepuluh lawan satu,” katanya.

“Ooh—” kejutnya, “hanya tuan saja kah yang bertarung?”

“Hanya satu orang saja yang akan bertarung.”

Jelas sang paduka.

Lihat selengkapnya