Mereka berdiri, di tengah panasnya orang-orang yang sudah mengamuk.
“Suruh mereka pergi!”
“Ia seorang penipu!”
“Ia seharusnya tak memimpin!”
Segala macam kutukan dan tuntunan dilantunkan oleh orang-orang itu, tak ada yang baik, semuanya buruk.
Hingga, ada satu yang pastinya akan muncul, tapi tak ada yang mau mengatakan.
“Ia lebih buruk dari Raja Setan!”
Mungkin Rex Maximillian akan pecah ketika ia mendengar itu.
Untuk disebut lebih buruk daripada tiran yang telah membuat mereka sengsara tak hanya puluhan tahun, tapi beberapa generasi, seberapa mereka bisa tak berterima kasih? Dan mereka memilih untuk mengusir dirinya, orang yang menolong mereka semua.
Tentu tak hanya itu saja yang dilontarkan.
Ada yang meminta agar ia bertanggung jawab atas kematian.
Atas kehilangan, baik fisik maupun harga diri.
Bisa dibilang, mereka sebodoh-bodohnya orang.
Namun mereka bertiga tetap berdiam dengan tenang, mengikuti perintah dari Farah yang meminta mereka untuk melakukan itu.
Kalian di sini dahulu, aku akan coba berbicara dengan mereka.
Itulah pesan dari ibu beranak satu yang baru saja sampai di kampungnya, dan bersamanya, Rex Maximillian, Eira, dan Melati berjalan memasuki daerah yang belum pernah mereka lalui.
Di tengah semua itu, Melati, mempertanyakan dirinya mengapa ini semua bisa terjadi.
Haah… Bisa-bisanya mereka kayak begini, sudah ditolong, dan masih minta lebih, kan bukan salah dari paduka bahwa keluarga mereka mati karena dosa Raja Setan, lantas apa landasan mereka untuk melempar itu semua kepada paduka?
Memang—orang-orang ini tak berbeda dengan sampah, agar akal mereka semua sehat, mereka melempar segala kesalahan agar mereka tak berbebani, sangat klasik, sangat natural, sangat bodoh dan sangat egois. Aku benci orang-orang seperti ini, tapi apa yang bisa kulakukan? Lebih baik diam daripada konflik tercipta.
Kalau dilihat lagi, sepertinya kita salah pilihan, semestinya kita langsung saja mencari tujuan kita, bila terjadi terlalu lama, aku tak yakin kita akan bisa menyelamatkannya.
Ah—betapa senangnya aku akan segera mendapat adik baru… Walaupun aku yakini senjatanya kurang kusuka, tentu, senjatanya akan sedikit berubah sesuai keinginan pemegangnya, tapi saja… Perlu diingat itu Tricultro…
Ah, lebih baik aku tak pikirkan itu, dan mulai melihat mengapa semua ini bisa terjadi.
Betul, ini akan menjadi sesi flashback.
Flashback Melati.
§