Pagi di Pesantren Al-Hikmah menyambut Nur dengan kabut tipis yang menyelimuti lingkungan, menciptakan suasana magis. Saat dia berjalan menuju ruang guru, beberapa santri yang lebih tua menghampirinya, terlihat ingin berbagi sesuatu.
"Ibu Nur, apakah Anda sudah mendengar tentang penjaga pesantren kami?" tanya salah satu dari mereka, mata mereka bersinar penuh misteri.
"Penjaga? Anda maksudkan penjaga keamanan?" Nur bertanya, keheranannya mendorongnya untuk mengetahui lebih lanjut.
"Bukan, bukan penjaga keamanan. Saya bicara tentang penjaga misterius, sosok yang melindungi pesantren ini dari bahaya," santri itu menjelaskan, suaranya rendah hampir seperti bisikan.
Nur merasa jantungnya berdebar. "Ceritakan lebih banyak kepada saya," desaknya, matahari pagi mulai menembus kabut, menyinari wajah-wajah penasaran mereka.
"Menurut cerita yang turun-temurun, ada sosok yang selalu muncul saat pesantren menghadapi masalah besar atau bahaya. Tidak banyak yang pernah melihatnya, tapi mereka yang pernah mengatakan dia seperti bayangan, cepat dan tenang, pelindung yang tak terlihat," lanjut santri itu, dengan semua temannya mengangguk setuju.
"Menarik," gumam Nur, kata-kata itu memicu keingintahuan ilmiahnya. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk menggali lebih dalam tentang legenda ini.
Di ruang guru, saat minum teh pagi, Nur membawa topik tersebut dalam percakapan dengan para pengajar lainnya. "Tadi pagi, beberapa santri bercerita kepada saya tentang sosok pelindung misterius di pesantren ini. Apakah kalian tahu sesuatu tentang hal itu?"
Ustadz Jamal, seorang pengajar yang sudah lama mengabdi di pesantren, menarik napas dalam dan mulai bercerita. "Ah, legenda penjaga pesantren. Ya, cerita itu sudah ada sejak saya masih santri di sini. Sebuah sosok yang melindungi kita semua, yang datang dan pergi seperti angin."
"Apakah ada yang pernah benar-benar melihat sosok ini?" tanya Nur, menyesap tehnya sambil mendengarkan dengan penuh perhatian.