Minggu-minggu berikutnya berlalu dengan Nur yang semakin tenggelam dalam rutinitasnya di Pesantren Al-Hikmah, namun pikirannya terus melayang pada misteri yang belum terpecahkan. Di tengah kesibukannya mengajar dan interaksi dengan santri, sebuah insiden terjadi yang mengguncang kedamaian pesantren.
Suatu hari, terdengar keributan dari salah satu sudut sekolah. Nur, yang sedang mengajar di kelas terdekat, merasakan gejolak dan meninggalkan kelas untuk menyelidiki. Dia menemukan sekelompok santri lebih tua sedang mengintimidasi santri yang lebih muda, mendorongnya ke dinding dan melemparkan kata-kata kasar.
"Berhenti!" teriak Nur, suaranya tegas dan penuh wibawa. Para pelaku bullying itu terkejut dan segera berhenti, memandang Nur dengan rasa takut dan kaget.
"Apakah ini yang kita pelajari di sini? Apakah ini yang diajarkan agama kita?" tanya Nur, matanya memandang tajam kepada para pelaku, yang kini tampak menunduk dengan rasa malu.
Para santri yang lebih tua berbisik-bisik di antara mereka, salah satu dari mereka akhirnya berbicara. "Maaf, Bu Nur, kami hanya becanda, tidak bermaksud menyakiti."
"Becanda? Mengintimidasi dan menyakiti orang lain bukan becanda," Nur menegur, nada suaranya menunjukkan kekecewaannya.
Insiden itu segera diberitahukan kepada pengurus pesantren, dan para pelaku diberikan nasihat dan hukuman yang sesuai untuk tindakan mereka. Namun, insiden tersebut membuka mata Nur terhadap masalah yang lebih dalam di Pesantren Al-Hikmah, di mana segelintir individu masih menyimpan perilaku negatif yang berpotensi mengganggu harmoni komunitas.
Malam harinya, Nur merenungkan kejadian tersebut di kamar, bertanya-tanya apakah ada kaitannya dengan kehadiran misterius yang ia rasakan. Apakah sosok penjaga itu juga memperhatikan peristiwa ini? Dan jika ya, apa yang akan dia lakukan?
Pertanyaan-pertanyaan itu masih berkecamuk dalam pikirannya ketika dia terlelap. Namun, tengah malam, sebuah keributan membangunkannya. Terdengar suara langkah kaki terburu-buru dan teriakan dari luar kamar. Nur cepat-cepat bangun dan keluar untuk melihat apa yang terjadi.
Dia menemukan para santri dan pengajar berkumpul di halaman, semua wajah mereka penuh kecemasan dan kebingungan. Di tengah kerumunan, tergeletak tubuh para pelaku bullying yang ia tegur siang tadi, masing-masing dengan luka dan memar yang tampak serius.
"Ada apa ini? Siapa yang melakukan ini?" Nur bertanya kepada kerumunan, mencoba memahami situasi.
"Tidak ada yang tahu, Bu Nur," jawab Ustadz Rahmat, yang juga terlihat terkejut. "Mereka ditemukan seperti ini. Tidak ada saksi, tidak ada yang melihat apa yang terjadi."