Sang Penjaga

Rizki Ramadhana
Chapter #9

Mengumpulkan Bukti

Nur memulai hari dengan tekad yang lebih kuat dari sebelumnya. Setelah pengalaman misterius malam itu, dia tahu harus bertindak cepat untuk mengumpulkan bukti dan memahami sepenuhnya cerita di balik insiden-insiden yang terjadi di Pesantren Al-Hikmah. Dia mempersiapkan diri dengan daftar pertanyaan dan catatan, bertekad untuk mencari tahu kebenaran dari setiap sudut.


Hari itu, dia memulai penyelidikannya dengan mengunjungi asrama santri, tempat beberapa insiden terjadi. Dia berbicara dengan santri yang tinggal di dekat lokasi kejadian, meminta mereka untuk menceritakan apa yang mereka ketahui atau dengar. Meskipun banyak dari mereka hanya memiliki informasi terbatas, berdasarkan rumor atau pengalaman kedua, setiap detail, tidak peduli seberapa kecil, membantu Nur menyusun narasi yang lebih lengkap.


Nur kemudian bertemu dengan staf pengajar dan penjaga asrama, mengajukan pertanyaan tentang perubahan perilaku, interaksi antar santri, atau kejadian aneh yang mungkin mereka perhatikan. Beberapa staf menceritakan tentang perubahan suasana di pesantren sejak insiden terjadi, tentang ketegangan dan rasa takut yang tidak biasa yang terasa di udara.


Dengan catatan yang semakin lengkap, Nur menghabiskan waktu di perpustakaan, menelusuri arsip dan catatan lama tentang pesantren. Dia mencari tahu tentang sejarahnya, mencatat setiap kejadian atau catatan yang terkait dengan kejadian misterius atau tragis di masa lalu. Nur juga mencari tahu tentang Hamzah, santri yang namanya terus muncul dalam penyelidikannya, mengumpulkan informasi tentang kehidupan dan kematian remaja itu.


Dalam pencariannya, Nur menemukan referensi tentang seorang guru lama yang sudah pensiun, yang pernah dekat dengan Hamzah. Dengan sedikit penggalian lebih lanjut, dia mendapatkan alamatnya dan memutuskan untuk mengunjungi guru tersebut, berharap mendapatkan wawasan lebih lanjut tentang masa lalu Hamzah dan peristiwa yang mungkin terkait dengan kejadian sekarang.


Perjalanan ke rumah guru yang sudah pensiun itu adalah langkah besar dalam penyelidikan Nur. Guru itu, seorang pria tua bernama Pak Zaini, menyambut Nur dengan kehangatan namun dengan raut wajah yang mengungkapkan masa lalu yang penuh kenangan. Dalam percakapan mereka, Pak Zaini menceritakan tentang Hamzah sebagai santri yang cerdas namun sering kali terasing.

Lihat selengkapnya