Sang Penyihir

Call Me W
Chapter #1

Rintihan Malam


Hujan mengguyur dengan derasnya malam itu. Tidak ada suara lain yang terdengar. Semuanya terhalau oleh angin yang menghantam jendela dan petir yang menggelegar. Termasuk suara Ratmini yang mengaduh, lalu menjerit meminta pertolongan setelah terjatuh di kamar mandi. Pun nyaris tertelan oleh keriuhan hujan.

Beruntung Mbok Primpen, pembantu di rumah itu tidak berada jauh dari kamar mandi. Selalu mengamati gerak-gerik si majikan yang tengah hamil tua. Takut terjadi apa-apa padanya. Meskipun si majikan sendiri kadang memang keras kepala.

"Mbok, tolong," lirih Ratmini menahan sakit. Menunjuk air bercampur darah yang mengalir melalui selangkangannya.

"Dirto!" Sembari membantu majikannya ke luar dari kamar mandi, Mbok Primpen memanggil pembantu lain di rumah itu.

"Saya, Mbok!" Tak butuh waktu lama, yang dipanggil Dirto pun segera datang.

Memang begitu. Kedua pembantu yang umurnya terpaut cukup jauh itu memang begitu perhatian dan bertanggung jawab. Bukan cuma karena sudah diwanti-wanti oleh Pak Basuki dan Bu Lindri. Yakni tidak boleh lengah dari Ratmini yang cekatan dan tidak mau diam.

Dirto yang baru saja muncul, tampak begitu terkejut campur ngeri saat melihat ceceran darah yang tertinggal di lantai. Seumur hidup baru kali ini dia melihat darah yang keluar dari tubuh seseorang sampai sebanyak itu.

"Cepat ke rumah utama sekarang! Kabari Raden Raharjo agar segera pulang. Bilang kalau Ndoro Ratmini pendarahan," titah Mbok Primpen.

"Baik, Mbok!" Dirto - pemuda yang baru menginjak umur dua puluhan itu pun langsung melesat.

"Pakai sepeda!" pekik Mbok Primpen tanpa bisa mengejar si Dirto. Karena Ratmini memang tidak bisa ditinggal.

"Mbok, sepertinya aku mau lahiran. Sakitnya minta ampun," keluh Ratmini dengan keringat mengembun di kening.

"Sabar yo, Ndoro Ayu. Dirto masih memanggil Den Raharjo," ucap Mbok Primpen menenangkan. Walaupun sebenarnya beliau dilanda kecemasan. "Tahan dulu. Sebentar lagi mereka datang."

Ratmini mengangguk pelan. Sebagai tanda bahwa ia masih sanggup untuk bertahan. Meskipun dari wajahnya tampak begitu menderita.

Sembari menunggu kedatangan Dirto dan Den Raharjo - suami Ratmini, Mbok Primpen mempersiapkan segala keperluan sebelum kelahiran si jabang bayi. Sedangkan si calon ibu muda - Ratmini terus menggeliat kesakitan di tempat tidurnya. Bayi dalam kandungannya sudah mengajak uwat.

"Mbok!" Dirto telah tiba, tapi malah hanya berdiri di depan pintu kamar. Pakaiannya basah kuyup dan tubuhnya menggigil.

"Piye, Le? Mana anggota keluarga yang lain?" tanya Mbok Primpen segera menyambut. Celingak-celinguk ke arah ruang depan. Tapi, tak ada yang muncul. Kecuali desau angin dan percikan air yang masuk dari arah pintu yang terkuak.

Lihat selengkapnya