Louisville, Kentucky 1954
Cassius Clay Jr, bocah berkulit hitam kelahiran Louisville itu terlihat sangat marah. Terik matahari di langit yang seakan membakar aspal tak ia hiraukan. Konon, para leluhur bocah itu adalah para budak yang berasal dari benua hitam yang diambil paksa oleh bangsa Eropa. Siksaan dan hinaan telah dialami para leluhurnya bahkan hingga saat ini, di tanah kebebasan, kemerdekaan, dan konon tanah mimpi-mimpi laiknya surga di muka bumi yang bernama Amerika Serikat.
Bocah yang baru saja berumur 12 tahun itu terus memaki di sepanjang jalan, amarah dalam dirinya mencari cara untuk keluar dari dalam tubuhnya. Tangan dan kakinya terasa sangat gatal untuk menghantam apapun yang ada di sekitarannya. Keringat membasahi seluruh tubuhnya, matahari yang memuncak di langit sana seakan tertawa atas apa yang terjadi terhadap Cassius Clay Jr.
Bocah berkulit hitam yang terus memaki sepanjang jalan itu kini sudah berada di depan sebuah sasana olahraga milik Joe Martin seorang polisi yang juga seorang pelatih tinju. Sepeda baru miliknya yang merupakan hadiah natal dari ayahnya yaitu Cassius Clay Sr telah raib. Sepeda BMX yang akan ia pakai untuk berkeliling kota itu kini telah hilang karena dicuri.
Saat itu hujan turun dengan perlahan, seakan setiap rintiknya adalah sentuhan lembut dari seorang kekasih. Mendung memayungi Louisville, Cassius Clay Jr dan kawannya baru saja bersepeda berkeliling kota untuk merayakan sepeda BMX barunya.
Untuk mengistirahatkan penat karena bersepeda keliling kota, Cassius Clay Jr dan kawan semasa kecilnya itu pun memutuskan untuk datang ke bazaar. Bazaar yang megah itu benar-benar menghinoptis Cassius Clay Jr dan kawan masa kecilnya saat itu.
Setelah berkeliling bazaar serta mendapatkan apa yang mereka incar semenjak awal kedatangan mereka ke bazaar tersebut, yaitu pop corn dan permen. Cassius Clay Jr dan kawannya memutuskan untuk pulang dan kembali ke rumah masing-masing.
Tawa mereka membumbung ke angkasa, celotehan dan canda khas bocah 12 tahun semakin menyemarakkan suasana perjalanan mereka ke Columbia Auditorium tempat Cassius Clay Jr memarkirkan sepeda BMX barunya.
Namun kebahagiaan itu fana, seperti apapun yang ada di muka bumi ini. Segala yang berawal akan berakhir, setiap tawa hanyalah penanda bahwa akan ada tangis dan air mata akan menetes. Sepeda BMX berwarna merah yang merupakan hadiah natal tersebut kini telah raib.
Cassius Clay Jr adalah anak dari Cassius Clay Sr yang merupakan seorang pelukis papan iklan di Louisville, Kentucky. Nama Cassius kecil dan ayahnya diambil dari nama seorang politisi kulit putih dari partai Republik yaitu Cassius Marvelous Clay yang merupakan pejuang penghapusan perbudakan di awal abad ke-19.
Cassius Clay Jr kelak akan berganti nama sebagai pertanda bahwa ia telah melepaskan belenggu perbudakan yang merantai sekian lama kepada kaumnya. Di tahun-tahun yang akan datang namanya akan terus dikenang sebagai simbol perlawanan terhadap rasisme yang melanda kaum kulit hitam.
***
Hari ini adalah hari pertama Langit berlatih tinju di Sasana Kasih Ibu, suasana pengap ruangan latihan tersebut terasa menyesakkan dadanya. Keringat mulai membanjiri baju Langit dan semua petinju pemula di sana, di samping Langit ada pemuda yang kira-kira seumuran dirinya yang berdiri saja seakan sudah tak sanggup karena suasana panas. Pemuda berambut keriting dengan badan gempal itu berupaya keras agar kakinya tidak goyah dan mampu menopang tubuhnya yang gempal tersebut.
Ada banyak alasan untuk orang berlatih tinju, ada yang hanya ingin mendapatkan tubuh dengan berat badan ideal. Karena tidak bisa dipungkiri latihan berat saat berlatih tinju itu membakar begitu banyak kalori. Ada juga yang ingin berlatih tinju karena ingin membela dirinya saat ada tindak kejahatan.
Langit dan sekelompok petinju baru itu terus berdiri dalam bentuk dua baris shaff dan menunggu pelatih yang akan memimpin latihan perdana tersebut. Di pojok kanan ring Langit melihat ada empat sampai lima orang yang sedang melakukan skipping atau lompat tali, sementara ada satu orang yang sedang memegangi stopwatch.
Lalu di sisi lain ring, ada beberapa petinju senior yang sedang melakukan bench press dan sit up. Suasana pengap khas sasana olahraga tak menyurutkan semangat mereka, sementara di sisi lain ring sekelompok petinju yang lain sedang melakukan pading atau latihan memukul target dengan sasaran adalah pad.
Sesaat sebelum kami makin gelisah karena pelatih yang belum juga hadir, saat itulah tetiba saja ada mas-mas dengan raut wajah yang keras, tekstur wajahnya seakan diukir oleh kejamnya kehidupan. Langit bahkan yakin melihat ada semacam luka codet yang tersamar di balik brewok sang pelatih tersebut.