Suasana terasa menyengat sore itu di dalam sasana tinju. Langit dan Alfi terduduk kelelahan, peluhnya merembes seakan banjir yang meluluhlantakkan perkampungan. Hari ini untuk kali pertama Langit dan Alfi melakukan sesi latihan memukul sandbag alias samsak tinju.
Sesi yang benar-benar menyenangkan buat mereka, bukan hanya untuk Langit dan juga Alfi namun semua anggota pelatihan tinju pemula tersebut. Sebagai awal pelatihan memukul samsak tinju, mereka disuruh melakukan kombinasi pukulan standar seperti pukulan satu dua. Sebuah jab yang disambung dengan straight.
Sesi latihan hari ini adalah melakukan satu menit pukulan jab dan straight kepada samsak lalu dilanjutkan push up sebanyak 10 kali. Semua itu dilakukan dalam empat set yang diakhiri dengan sit up selama satu menit.
"Seluruh lemak di dalam tubuhku terbakar." Ucap Alfi sembari duduk terkapar di sisi Langit.
Sementara Langit hanya tersenyun melihat Alfi yang seolah-olah mengeluh itu, ia tahu pemuda gendut yang kini telah menjadi sahabatnya itu sebenarnya senang dan bersyukur atas setiap keringat yang menetes dan lemak yang terbakar hasil dari latihan tinju itu.
Langit memerhatikan sejenak kawannya tersebut yang kini memilih rebahan di lantai sasana karena saking lelahnya. Alfi yang rebah di lantai bagaikan kayu gelondongan itu, kini sudah berubah. Ini sudah satu bulan berlalu semenjak hari pertama mereka ikut latihan.
Mereka kini adalah petarung, orang-orang yang berjuang melawan kelemahan diri mereka sendiri. Jauh lebih mudah memukul orang lain yang berada di hadapanamu, mengalahkannya dan membuatnya terkapar K.O dibandingkan menaklukan dirimu sendiri.
Menaklukan rasa malas, rasa tak percaya diri, takut yang ada di dalam diri sendiri itulah yang lebih sulit. Sedangkan untuk Alfi ini bukan hanya soal mengalahkan rasa malas dan minder saja, ini juga soal pertarungannya dengan penyakit yang mengintainya akibat obesitas yang ia alami.
Hipertensi, Diabetes tipe dua, kolesterol, dan bahkan osteoarthritis alias sakit pada sendi karena menopang berat tubuh adalah musuh yang harus ditaklukan Alfi. Ia kini juga lebih percaya diri, lemak di tubuhnya mulai terkikis dan kini tubuh Alfi terlihat lebih padat karena otot-otot yang terbentuk.
Semuanya terasa seperti mimpi, hal itulah yang Langit rasakan. Ia masih teringat bagaimana dirinya begitu ketakutan hanya karena melihat tatapan penuh ancaman oleh pencopet di pasar, tubuhnya menggigil bahkan seakan darah yang mengalir di tubuhnya menjadi beku.
Namun, seminggu yang lalu semua seakan terbalik. Ia seakan pindah ke semesta alternatif, dirinya saat ini adalah dirinya yang lain. Ia masih ingat bagaimana tubuhnya bereaksi, respon yang ia berikan ketika dalam bahaya bukan lagi takut namun keberanian.
Darahnya mengalir cepat dan ia merasakan kehangatan yang menjalari tubuhnya. Semuanya terjadi begitu saja, perputaran pinggul yang dimulai dengan dorongan kaki lalu menuju bahu dan sebuah pukulan kuat mengalir begitu saja, bagaikan banjir bandang. Pukulan Langit menghantam telak rahang pemuda mabuk di taman dan mengakibatkannya roboh.
Semuanya seakan baru terjadi kemarin, perempuan yang Langit tolong. Ia ingat bagaimana rambut perempuan itu dikepang, bagaimana perempuan itu melayangkan serangan siku, dan sebuah round house kick yang powerful.
"Aku lebih baik mati saja, arrghh-ghh." Keluh Alfi sembari badannya berguling-guling di lantai, semua orang yang masih tersisa dari pelatihan tinju di sana tertawa melihat tingkah konyol Alfi. Tawa semakin membahana di dalam sasana tinju dan Alfi pun semakin semangat melakukan hal konyol.
"buk.."