Sang Petarung

andra fedya
Chapter #7

7. GADIS PENJUAL ES JERUK

Ada berita gawat! Setelah hari itu, mendadak saja Bobby tidak mengabariku selama lima hari berikutnya. Dan hal itu jelas membuatku panik. Panik karena aku khawatir pertemanan kita mungkin berakhir.

Mungkin aku berbuat salah pada Bobby tanpa kusadari. Atau mungkin Bobby mendadak menyadari sesuatu, misalnya dia merasa aku yang lemah tidak sepadan bergaul dengannya. Aku terus menebak-nebak alasannya, sampai rasanya kepalaku mau meledak.

Ya Tuhan, aku tahu ini mungkin terdengar sangat berlebihan dan terlalu melodramatis. Tapi yang bilang begitu pastilah tidak pernah ada di posisiku. Belum pernah seumur hidup aku memiliki teman seakrab ini. Belum pernah ada yang mengajakku nongkrong, membawaku bergabung dengan teman-temannya yang seru. Bahkan belum pernah ada yang benar-benar mau jadi temanku.

Kebanyakan orang yang dulu datang untuk menengokku, diberikan iming-iming oleh orangtua mereka yang tahu kondisiku. Mereka pura-pura mau menjadi temanku, memberiku semangat, karena mereka pikir aku tak akan lama lagi hidup; merasa kasihan, iba sekaligus merasa beruntung karena masih diberikan sehat.

Ketika mereka merasa sakit dan lemah karena penyakit sepele, aku mendadak menjadi role model mereka: si Rem saja sakit parah bisa bertahan, masa kena flu saja sudah tumbang. Dalam kondisi seperti itu, mereka mengingat kondisiku supaya mereka bisa bersyukur.

Ah, aku tahu semua itu. Aku hanya tidak pernah bilang langsung.

Tapi Bobby dan yang lainnya berbeda. Mereka bersedia berteman denganku karena aku ya aku. Meski beberapa kelakuan mereka bukan panutan, tapi dalam pertemanan mereka tulus. Mereka tidak membedakan kalau Bobby putus sekolah, Tio punya badan besar, Aji bodoh, Agung kaya raya, Enim giginya kuning sedangkan Tatang kalau ngomong sering tergagap.

Aku benar-benar kangen Bobby, kangen Tio, kangen Aji, Agung, Tatang, Enim dan semuanya.

Aku masih memerhatikan layar chat Whatsapp yang menampilkan nama Bobby. Meski bukan fotonya yang terpampang di situ, melainkan foto Cristiano Ronaldo. Aku anggap saja itu dia.

Dia belum membalas sejuta pesan yang kukirimkan ke situ, juga belum membacanya. HP-nya bahkan tidak aktif. Dan ketika kemarin aku mendatangi tempat rental yang biasa Bobby datangi, dia juga tidak ada di sana.

Ada apa sebenarnya ini? Hatiku menjadi tak keruan.

Saat aku sedang mengerjakan soal-soal Matematika di Internet, aku mendengar suara pesan masuk ke aplikasi Whatsapp-ku. Bobby akhirnya membalas pesanku.

Dia minta maaf karena tidak bisa dihubungi selama beberapa hari. Katanya, dia baru pulang dari luar kota dan HP-nya tidak dibawa. Ketika kutanya ke mana, dia tidak menjawab lagi. Tapi dua jam kemudian, di chat-nya dia mengajakku ikut ngumpul di sanggar Kang Ruski. Aku langsung mengiyakan.

Malam itu aku tidur sangat nyenyak dan bangun lebih awal. Aku sungguh tidak sabar bertemu teman-temanku lagi.

* * *

Aku dan Bobby sampai ke sasana Kang Ruski jam dua belas siang. Di sana masih sepi, tapi ada Kang Wawan dan Tio yang sedang berlatih teknik mengunci di atas ring. Kami menyapa mereka sebelum duduk di kursi panjang.

Di perjalanan tadi, Bobby sedikit bercerita padaku. Katanya, ia pulang kampung ke Garut karena ada keperluan. Dia tidak terlalu ingin menjelaskan, tapi tak apa sih. Yang penting Bobby sudah kembali.

Karena tadi Bobby sempat menyebut soal urusan itu berkaitan dengan orangtuanya, maka aku bertanya padanya, memang di Bandung dia tinggal dengan siapa jika si Garut ia mengurus urusan orangtuanya.

"Dengan Mang Risman," katanya. Dia lalu menjelaskan kalau yang dimaksud itu adalah adik ibunya.

Selain dengan Mang Risman, Bobby juga tinggal dengan istri Kang Risman, Bi Atik dan Chandra, anak laki-laki mereka yang masih SD.

"Mereka tau kamu bakal debut sebagai petarung?" tanyaku.

Bobby mengangguk. "Nggak masalah. Barangkali malah seneng, nanti kan saya bisa ngasih sedikit uang."

Tio menghampiri kami yang duduk sambil membicarakan hal-hal tidak penting. Seperti membicarakan betapa lucunya kalau si Agung kalau sedang pundung. Jadinya malah seperti perempuan yang merajuk.

Lihat selengkapnya