SANG PEWARIS YANG TERBUANG

Dewi Hana
Chapter #29

Bab 29

Ansel menjentikkan jarinya di depan wajah Athena, membuat wanita itu kembali terkesiap. 

"Kau melamun?" kata Ansel dengan tawa renyahnya itu. "Apa yang kau pikirkan, Athena?"

"Tidak ada. Aku merasa sedang ... entahlah. Apa benar kau bukan Thanos?" Athena mengubah gaya bicaranya, ia ingin melihat reaksi lelaki itu.

Ansel mengangguk, "Hmm, itu bukan aku. Mungkin, kami hanya mirip. Kudengar ada beberapa orang yang mirip di dunia ini. Aku juga bingung dengan itu. Mungkinkah nenek moyang kami sebenarnya orang yang sama?" Lelaki itu tersenyum, senyum yang benar-benar mampu memikat siapa pun yang melihatnya. Lesung pipi yang dalam serta wajah tampan yang terus mengulaskan senyuman secara tak langsung menghapus kesan kejam dari dalam diri Thanos.

"Tapi itu aneh," kata Athena kemudian setelah ia menatap wajah Ansel beberapa saat.

"Aneh? Kenapa?"

"Kau benar-benar mirip dengannya. Tidak ada yang berbeda. Hanya saja ...."

Ansel menaikkan sebelah alisnya saat Athena menghentikan kalimatnya itu. "Hanya saja?"

"Bukan. Bukan apa-apa." Athena kembali terdiam, ia tak bisa mengatakan itu saat ini. Bagaimana kalau lelaki di depannya ini adalah Thanos yang sedang menyamar? Ia bisa saja terkena masalah setelah ini.

"Jadi, apakah kau akan kembali lagi, Athena?"

"Ya, sepertinya aku akan kembali. Seandainya mereka mau melepaskan lahannya."

"Kurasa itu cukup sulit. Daerah ini sangat ramai dikunjungi wisatawan. Rata-rata kami memiliki penghasilan yang bagus di sini. Bisa dibilang tanah ini adalah hidup kami. Kami juga lahir dan besar di sini, tidak mudah untuk pindah dan memulainya lagi, kan?"

"Ya, itu masuk akal. Namun mereka mendapat ganti rugi yang setimpal, bukan?"

Ansel mengerutkan dahinya. "Setimpal? Kami rasa tidak."

"Memangnya kenapa? Kau tidak membayarnya dengan harga yang layak?" tanya Athena heran.

"Aku membayarnya?" Ansel bertanya dengan nada bingung.

"Maksudku ... De Aluna. Apakah perusahaan tidak memberi kompensasi yang sesuai?"

Ansel menggeleng tak yakin, "Entahlah, tapi sepertinya begitu. Aku sendiri tidak begitu peduli dengan angkanya. Karena aku memang tidak berminat untuk menjual tempat ini. Sepertinya kau berada di situasi yang sulit, ya?" Ansel tersenyum lebar dan Athena sangat tak menyukai itu.

"Kau tersenyum? Sepertinya benar, kau sedang mempermainkan aku."

"Tidak. Kau salah paham lagi. Kenapa aku harus mempermainkanmu. Itu pekerjaanmu dan aku hanya mempertahankan milikku. Bukankah wajar kalau aku tersenyum seumpama proyek itu gagal?"

"Kau memang aneh. Aku tidak pernah berhadapan dengan orang seperti ini. Tapi, aku harus ... waspada," kata Athena, menatap lelaki itu lekat.

"Oke. Aku rasa kau masih berpikir kalau aku adalah dia. Athena, apakah aku sangat mirip atau bahkan sama dengannya? Apakah sikapnya seperti sikapku sekarang? Aku rasa tidak. Mendengar dari kata-katamu tadi, aku bisa menebak dia adalah orang yang menakutkan. Lalu bagaimana denganku? Apakah kau juga takut padaku?" Ansel mengatakan itu dengan sangat ramah, lagi-lagi membuat Athena bingung.

"Aku ... aku tidak takut. Aku hanya berjaga-jaga."

"Wah, dugaanku benar. Apakah dia terlihat seperti harimau bagimu?" Ansel terkekeh namun tidak dengan Athena.

"Itu yang kau katakan. Bukan aku."

"Ck! Kau serius sekali, Athena. Kau pasti sangat tertekan bekerja dengan orang itu. Kenapa tidak pindah saja?"

"Apa? Jangan katakan kalau kau ingin aku ... berhenti?"

"Astaga, harus berapa kali kukatakan padamu. Aku bukan dia. Namaku Ansel, aku tinggal di dekat pantai ini. Ehm, bagaimana kalau kuajak kau ke rumahku?"

"Tidak. Aku tidak mau."

Ansel menatap Athena lekat, terlihat matanya seperti sedang membaca isi kepala wanita itu. "Sepertinya kau takut. Apakah terjadi sesuatu?"

"Apa? Tentu saja tidak." Athena berkata gugup, mana mungkin ia mengatakan itu kepada lelaki ini. 

"Aku mengerti, kau masih tidak percaya padaku. Tidak apa-apa, mungkin nanti kau akan percaya kalau aku bukan dia."

Lihat selengkapnya